Liputan6.com, Jakarta: Aspek permodalan dan pemasaran biasanya menjadi kendala usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan usahanya. Masalah itu dapat diatasi salah satunya dengan memperluas pergaulan seperti yang dialami Nafisah, pengusaha baju koko, yang ditemui SCTV di Jakarta, baru-baru ini.
Nafisah memulai usahanya pada tahun 1980. Kini usahanya sudah merambah ke luar negeri. Luasnya pergaulan di berbagai kalangan sedikit banyak membantu mengatasi masalah permodalan yang kerap menjadi batu sandungan bagi usaha kecil menengah.
Kejelian menangkap peluang pasar juga tetap harus dibina. Itu pula yang dilakukan Nafisah ketika memutuskan untuk memfokuskan usahanya pada produksi baju koko pada 1997. Supaya laris, baju yang dibuatnya menggunakan bahan berkualitas dan pola pakaian yang sesuai dengan selera konsumen sehingga nyaman dipakai.
Untuk pemasaran, selain membuka toko di kawasan Tanahabang, hasil produksinya juga dititipkan di sejumlah pusat perbelanjaan. Kepada pembeli, Nafisah mematok harga Rp 50-70 ribu setiap bajunya. Harga yang bersaing ini diyakini dapat menarik konsumen untuk membeli produknya. Terbukti, ribuan baju dibuatnya setiap tahun dengan omzet ratusan juta rupiah.(YYT/Eva Yunizar dan Agus Kusnohadi)
Nafisah memulai usahanya pada tahun 1980. Kini usahanya sudah merambah ke luar negeri. Luasnya pergaulan di berbagai kalangan sedikit banyak membantu mengatasi masalah permodalan yang kerap menjadi batu sandungan bagi usaha kecil menengah.
Kejelian menangkap peluang pasar juga tetap harus dibina. Itu pula yang dilakukan Nafisah ketika memutuskan untuk memfokuskan usahanya pada produksi baju koko pada 1997. Supaya laris, baju yang dibuatnya menggunakan bahan berkualitas dan pola pakaian yang sesuai dengan selera konsumen sehingga nyaman dipakai.
Untuk pemasaran, selain membuka toko di kawasan Tanahabang, hasil produksinya juga dititipkan di sejumlah pusat perbelanjaan. Kepada pembeli, Nafisah mematok harga Rp 50-70 ribu setiap bajunya. Harga yang bersaing ini diyakini dapat menarik konsumen untuk membeli produknya. Terbukti, ribuan baju dibuatnya setiap tahun dengan omzet ratusan juta rupiah.(YYT/Eva Yunizar dan Agus Kusnohadi)