Liputan6.com, Jakarta: Fitri Handayani, siswi kelas tiga Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, Jakarta Timur, diculik selama hampir tiga bulan dan dijadikan pekerja seks di Selangor, Malaysia. Dia berhasil lolos dari cengkeraman penculik ketika si penculik mengurus paspornya di Padang, Sumatra Barat, baru-baru ini. Yani, demikian dia disapa, kemudian melapor ke personel Polsek Padang Utara. Kepala Unit Reserse dan Kriminal Polsek Padang Utara Inspektur Satu Polisi Nawawi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus ini. Yani dan tiga wanita lainnya saat ini diamankan di Mapolsek Padang Utara.
Yani diculik akhir September silam saat ia tinggal di rumah kakaknya di Batam, Riau. Saat itu, dia didatangi seorang wanita setengah baya yang mengatakan bahwa ibunya di Jakarta sakit keras. Yani pun tak menolak ketika diajak untuk melihat ibunya.
Namun, Yani bukannya dibawa ke rumah sakit. Dia malah dibawa ke sebuah rumah yang tak diketahui keberadaannya. Di rumah itulah Yani mengalami pelecehan seksual oleh anak wanita yang menculiknya. Selanjutnya, Yani dibuatkan dokumen perjalanan dan dibawa ke Malaysia.
Di sebuah rumah milik tauke Ayap dan Simon di kawasan Tanjung Karang, Batu Tujuh, Selangor, Malaysia, Yani dipaksa menjadi pelacur selama 21 hari, tanpa pernah mendapat uang, hingga polisi Diraja Malaysia menangkapnya. Menurut polisi, masa berlaku paspor Yani selama 30 hari telah habis. Dia kemudian ditampung di Kajang dan Kamp Penampungan Semenyi, Selangor selama hampir satu bulan. Fitri kemudian diambil seseorang bernama Edi.
Sabtu pekan silam, Fitri bersama Yeni dan Irma diberangkatkan ke Padang untuk mengurus paspor baru. Mereka didampingi seseorang bernama Yola. Ketiganya kemudian ditampung di sebuah rumah di Kompleks Jondol I Tabing, Padang. Rencananya, Ahad siang, keempat wanita itu berangkat ke Malaysia lewat Dumai, Riau. Namun, belum sempat rencana itu terwujud, Yani berhasil memanfaatkan pengawalnya yang lengah untuk kabur dan melapor ke Mapolsek Padang Utara.
Berita penemuan Yani keruan membuat keluarganya bahagia. Kedua orang tuanya, Mukhtar Nasir dan Sariati, mengaku sejak tiga bulan silam bersusah payah mengumpulkan uang untuk bekal mencari Yani di Batam. Uang itu dikumpulkan oleh Sariati, ibu Yani. Pasalnya, suaminya tak bisa lagi menafkahi karena penglihatannya terganggu penyakit katarak. Tak hanya Sariati, empat adik Yani juga menabung dari hasil berjualan kantong plastik dengan tujuan sama.
Keluarga Yani tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan MTs Hudal Islam I, RT 02 RW 07 Nomor 27, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Gede, Jaktim. Menurut Sariati, anak perempuannya itu pergi ke Batam sekitar enam bulan silam. Namun, sejak tiga bulan silam, Sariati dan keluarga abangnya di Batam kehilangan kontak dengan Yani. Sejak saat itulah mereka berusaha mencari Yani, namun tak pernah sampai melapor ke polisi.
Sariati baru mengetahui putrinya telah selamat setelah SCTV mendatangi rumahnya. Mendengar berita ini, mereka terkejut sekaligus gembira anggota keluarga mereka telah selamat. Mereka mengaku tak pernah menduga kalau Yani diculik dan dijadikan pekerja seks di Negeri Jiran. Baik Sariati maupun Mukhtar hanya berharap bisa segera bertemu Yani. Keduanya ingin sekali putrinya kembali ke pangkuan mereka di Jakarta. (YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
Yani diculik akhir September silam saat ia tinggal di rumah kakaknya di Batam, Riau. Saat itu, dia didatangi seorang wanita setengah baya yang mengatakan bahwa ibunya di Jakarta sakit keras. Yani pun tak menolak ketika diajak untuk melihat ibunya.
Namun, Yani bukannya dibawa ke rumah sakit. Dia malah dibawa ke sebuah rumah yang tak diketahui keberadaannya. Di rumah itulah Yani mengalami pelecehan seksual oleh anak wanita yang menculiknya. Selanjutnya, Yani dibuatkan dokumen perjalanan dan dibawa ke Malaysia.
Di sebuah rumah milik tauke Ayap dan Simon di kawasan Tanjung Karang, Batu Tujuh, Selangor, Malaysia, Yani dipaksa menjadi pelacur selama 21 hari, tanpa pernah mendapat uang, hingga polisi Diraja Malaysia menangkapnya. Menurut polisi, masa berlaku paspor Yani selama 30 hari telah habis. Dia kemudian ditampung di Kajang dan Kamp Penampungan Semenyi, Selangor selama hampir satu bulan. Fitri kemudian diambil seseorang bernama Edi.
Sabtu pekan silam, Fitri bersama Yeni dan Irma diberangkatkan ke Padang untuk mengurus paspor baru. Mereka didampingi seseorang bernama Yola. Ketiganya kemudian ditampung di sebuah rumah di Kompleks Jondol I Tabing, Padang. Rencananya, Ahad siang, keempat wanita itu berangkat ke Malaysia lewat Dumai, Riau. Namun, belum sempat rencana itu terwujud, Yani berhasil memanfaatkan pengawalnya yang lengah untuk kabur dan melapor ke Mapolsek Padang Utara.
Berita penemuan Yani keruan membuat keluarganya bahagia. Kedua orang tuanya, Mukhtar Nasir dan Sariati, mengaku sejak tiga bulan silam bersusah payah mengumpulkan uang untuk bekal mencari Yani di Batam. Uang itu dikumpulkan oleh Sariati, ibu Yani. Pasalnya, suaminya tak bisa lagi menafkahi karena penglihatannya terganggu penyakit katarak. Tak hanya Sariati, empat adik Yani juga menabung dari hasil berjualan kantong plastik dengan tujuan sama.
Keluarga Yani tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan MTs Hudal Islam I, RT 02 RW 07 Nomor 27, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Gede, Jaktim. Menurut Sariati, anak perempuannya itu pergi ke Batam sekitar enam bulan silam. Namun, sejak tiga bulan silam, Sariati dan keluarga abangnya di Batam kehilangan kontak dengan Yani. Sejak saat itulah mereka berusaha mencari Yani, namun tak pernah sampai melapor ke polisi.
Sariati baru mengetahui putrinya telah selamat setelah SCTV mendatangi rumahnya. Mendengar berita ini, mereka terkejut sekaligus gembira anggota keluarga mereka telah selamat. Mereka mengaku tak pernah menduga kalau Yani diculik dan dijadikan pekerja seks di Negeri Jiran. Baik Sariati maupun Mukhtar hanya berharap bisa segera bertemu Yani. Keduanya ingin sekali putrinya kembali ke pangkuan mereka di Jakarta. (YAN/Tim Liputan 6 SCTV)