Liputan6.com, Jakarta: Lomba Koreografi Indonesia 2004 digelar di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Dalam final yang diselenggarakan, baru-baru ini, tujuh finalis penata tari saling mengadu rancangan gerak gubahan masing-masing. Kebanyakan koreografer mengambil tema kondisi sehari-hari. Dari lomba ini diharapkan muncul seniman-seniman tari yang memberikan warna baru bagi penciptaan dan perkembangan tari di Tanah Air.
Salah satu koreografer yang tampil di final adalah Ismunandar. Dalam karyanya berjudul Recht, Ismunandar melukiskan tentang tindak kekerasan yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam dan kebobrokan hukum di Indonesia. Menurut dia, gerakan tarinya menggambarkan ketidakadilan hukum yang membuat seseorang yang berada di dalam penjara pun merasa nyaman. Kenyamanan ini bisa dirasakan bagi mereka yang paham bagaimana cara memanipulasi hukum.
Sedangkan Danang Pamungkas dari Surakarta mempertunjukkan koreografi berjudul Panyot pun Padam. Gerakan-gerakan tari yang diciptakan Danang menggambarkan warga yang terluka akibat konflik Aceh.(OZI/Tommy Fadjar dan Muhammad Guntur)
Salah satu koreografer yang tampil di final adalah Ismunandar. Dalam karyanya berjudul Recht, Ismunandar melukiskan tentang tindak kekerasan yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam dan kebobrokan hukum di Indonesia. Menurut dia, gerakan tarinya menggambarkan ketidakadilan hukum yang membuat seseorang yang berada di dalam penjara pun merasa nyaman. Kenyamanan ini bisa dirasakan bagi mereka yang paham bagaimana cara memanipulasi hukum.
Sedangkan Danang Pamungkas dari Surakarta mempertunjukkan koreografi berjudul Panyot pun Padam. Gerakan-gerakan tari yang diciptakan Danang menggambarkan warga yang terluka akibat konflik Aceh.(OZI/Tommy Fadjar dan Muhammad Guntur)