Di Balik Kelamnya Pesona Rio de Janeiro

Tingkat penyebaran penyakit AIDS di Rio de Janeiro sangat tinggi untuk ukuran dunia. Pemerintah Brasil intensif mengampanyekan anti-AIDS lewat festival-festival tari samba. Perdagangan narkoba juga marak.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jan 2005, 09:13 WIB
Liputan6.com, Rio de Janeiro: Kota Rio de Janeiro di Brasil terkenal eksotik. Di balik semua keglamoran, tingkat penyebaran penyakit acquired immune deficiency syndrome (AIDS) di kota itu sangat tinggi. Rio de Janeiro termasuk salah satu penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) terbesar di dunia. Pemerintah Brasil tak pelak peduli untuk mengatasi masalah tersebut dengan rajin mengadakan kampanye anti-AIDS.

Baru-baru ini, Menteri Kesehatan Brasil Humberto Costa menegaskan, Brasil telah berhasil menekan penyebaran AIDS. Ini karena gencarnya pemerintah setempat mengadakan festival tari samba yang dinilai menjadi media paling efektif untuk menyebarluaskan peringatan bahaya penyakit mematikan itu. Sebuah laboratorium bernama Fiocruz juga didirikan. Ahli-ahlinya obat di Fiocruz sejak sejak 1990 telah menghasilkan 2,5 miliar obat AIDS dan 200 miliar vaksin HIV setiap tahun. Semua obat disalurkan gratis kepada masyarakat.

Selain wabah AIDS, perdagangan narkotik dan obat-obatan berbahaya serta senjata ilegal juga menjadi persoalan tersendiri. Daerah yang terkenal rawan adalah permukiman kumuh di Contagola Favela. Penghuni kawasan itu umumnya anak telantar dan kaum miskin. Di sana sering terdengar baku tembak yang tak jarang menelan korban jiwa.

Di luar sisi gelapnya, Rio de Janeiro layak dikunjungi wisatawan. Ada beberapa pantai yang sanggup menarik mata untuk terus memandanginya. Pantai Copacabana misalnya yang dianggap terindah di dunia. Sementara pegunungan Sugar Loaf menawarkan bagian lagi dari pemandangan di Negeri Samba. Turis juga bisa mengunjungi Corcovado, tempat patung Yesus Kristus tertinggi dibangun.(KEN/Dewvina Oktora)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya