Liputan6.com, Jakarta: Belum juga beres membersihkan rumah akibat banjir pertama, ribuan warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Ahad (23/1), kembali harus mengungsi. Air Kali Ciliwung yang meluap sejak pagi telah merendam lagi rumah-rumah warga. Banjir ini membuat aktivitas warga setempat terhenti. Permukiman warga yang berada di sepanjang bantaran kali terendam air hingga setinggi leher orang dewasa.
Warga setempat sebenarnya sempat tenang karena selama dua hari hujan tidak turun. Bahkan mereka yang mengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun tadi pagi, warga dikejutkan dengan meluapnya Kali Ciliwung. Padahal mereka sudah bersusah payah membersihkan kotoran yang ditinggalkan banjir pertama yang sudah surut. Akhirnya sekitar pukul 09.00 WIB, warga kembali mengungsi sambil menyelamatkan barang-barang mereka. Dan untuk kesekian kalinya mereka memadati masjid yang bertingkat, Gedung Yayasan Pendidikan Santa Maria, dan pinggiran Jalan Jatinegara.
Kemalangan serupa juga dialami warga di Kelurahan Kampung Melayu, Jaktim. Sebagian warga yang tidak bisa memastikan waktu untuk pulang ke rumahnya. Apalagi, tadi pagi, rumah mereka kembali terendam air menyusul banjir kiriman dari Pintu Air Depok, Jawa Barat, di aliran Sungai Ciliwung [baca: Kampung Melayu Kebanjiran Lagi].
Dari korban banjir itu satu di antaranya keluarga Dahlan. Ia dan istrinya hanya bisa pasrah melihat rumah mereka yang terletak di tepi Sungai Ciliwung, kembali terendam banjir. Padahal rencananya keluarga Dahlan memanfaatkan hari Minggu ini untuk membersihkan rumah mereka dari sampah dan lumpur yang dibawa banjir beberapa hari silam. Sejak banjir melanda, Dahlan tidak menarik bajaj lagi karena harus mengurus keluarganya. Sedangkan sang istri juga tidak bisa lagi berjualan makanan karena semua peralatan masaknya terendam air.
Nasib lebih parah dialami Junaedi. Rumah pria paruh baya yang juga terletak di tepi Sungai Ciliwung, hancur akibat derasnya arus banjir. Sebagian besar harta benda milik pria ini, termasuk sandal dagangannya hanyut dibawa banjir. Junaedi adalah penjual sandal di kaki lima. Kondisi ini membuat bingung Junaedi. Ia tidak memiliki cukup uang untuk perbaikan rumahnya. Namun ia memilih akan bertahan di rumah yang ditinggali sejak tahun 1972 itu, walaupun harus hidup seadanya.
Sementara dari sejumlah pintu air di Jakarta dan Bogor, Jabar, permukaan air dalam keadaan relatif stabil. Pagi tadi, ketinggian air di Pintu Air Depok mencapai 240 sentimeter sehingga meluap dan menyebabkan banjir susulan di kawasan Jaktim. Saat ini ketinggian permukaan air di sana sekitar 142 sentimeter dan dilaporkan semakin surut. Cuaca juga dilaporkan terang.
Berbeda dengan kondisi di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Setelah mendapat air luapan dari Pintu Air Depok, ketinggian air di Pintu Manggarai masih tinggi [baca: Debit Air di Pintu Manggarai Masih Tinggi]. Hingga pukul 17.00 WIB, ketinggian air di sana masih 825 cm atau berada di atas batas normal.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Warga setempat sebenarnya sempat tenang karena selama dua hari hujan tidak turun. Bahkan mereka yang mengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun tadi pagi, warga dikejutkan dengan meluapnya Kali Ciliwung. Padahal mereka sudah bersusah payah membersihkan kotoran yang ditinggalkan banjir pertama yang sudah surut. Akhirnya sekitar pukul 09.00 WIB, warga kembali mengungsi sambil menyelamatkan barang-barang mereka. Dan untuk kesekian kalinya mereka memadati masjid yang bertingkat, Gedung Yayasan Pendidikan Santa Maria, dan pinggiran Jalan Jatinegara.
Kemalangan serupa juga dialami warga di Kelurahan Kampung Melayu, Jaktim. Sebagian warga yang tidak bisa memastikan waktu untuk pulang ke rumahnya. Apalagi, tadi pagi, rumah mereka kembali terendam air menyusul banjir kiriman dari Pintu Air Depok, Jawa Barat, di aliran Sungai Ciliwung [baca: Kampung Melayu Kebanjiran Lagi].
Dari korban banjir itu satu di antaranya keluarga Dahlan. Ia dan istrinya hanya bisa pasrah melihat rumah mereka yang terletak di tepi Sungai Ciliwung, kembali terendam banjir. Padahal rencananya keluarga Dahlan memanfaatkan hari Minggu ini untuk membersihkan rumah mereka dari sampah dan lumpur yang dibawa banjir beberapa hari silam. Sejak banjir melanda, Dahlan tidak menarik bajaj lagi karena harus mengurus keluarganya. Sedangkan sang istri juga tidak bisa lagi berjualan makanan karena semua peralatan masaknya terendam air.
Nasib lebih parah dialami Junaedi. Rumah pria paruh baya yang juga terletak di tepi Sungai Ciliwung, hancur akibat derasnya arus banjir. Sebagian besar harta benda milik pria ini, termasuk sandal dagangannya hanyut dibawa banjir. Junaedi adalah penjual sandal di kaki lima. Kondisi ini membuat bingung Junaedi. Ia tidak memiliki cukup uang untuk perbaikan rumahnya. Namun ia memilih akan bertahan di rumah yang ditinggali sejak tahun 1972 itu, walaupun harus hidup seadanya.
Sementara dari sejumlah pintu air di Jakarta dan Bogor, Jabar, permukaan air dalam keadaan relatif stabil. Pagi tadi, ketinggian air di Pintu Air Depok mencapai 240 sentimeter sehingga meluap dan menyebabkan banjir susulan di kawasan Jaktim. Saat ini ketinggian permukaan air di sana sekitar 142 sentimeter dan dilaporkan semakin surut. Cuaca juga dilaporkan terang.
Berbeda dengan kondisi di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Setelah mendapat air luapan dari Pintu Air Depok, ketinggian air di Pintu Manggarai masih tinggi [baca: Debit Air di Pintu Manggarai Masih Tinggi]. Hingga pukul 17.00 WIB, ketinggian air di sana masih 825 cm atau berada di atas batas normal.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)