Liputan6.com, Depok: Batik tak hanya digemari orang Indonesia. Sejak lama, salah satu kain tradisional Nusantara ini memiliki banyak penggemar di berbagai negara. Bahkan, kabarnya mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela juga menjadi salah satu pencinta batik. Banyaknya penggemar batik menginspirasikan Alwi dan Salwaa Shihab untuk mendirikan usaha kerajinan batik prada di Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat. Pasangan asal Palembang, Sumatra Selatan ini sengaja menekuni usaha kerajinan daerahnya karena belum terlalu banyak pesaingnya.
Alwi dan Salwaa memulai usaha batik prada sekitar sepuluh tahun silam. Pada 1995, suami istri ini mengembangkan usaha dengan merekrut tiga karyawan. Tak disangka, prospek usaha kerajinan batik prada berkembang cukup baik seiring dengan permintaan yang meningkat secara signifikan. Hal ini mendorong Alwi Shihab mulai mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumah untuk membantu.
Setiap pagi, rumah pendiri Koperasi Teratai Emas itu dipenuhi para perajin. Mereka mengambil jatah batik untuk dibuat prada. Setiap orang mendapat jatah dua hingga tiga potong kain panjang. "Sekarang alhamdullilah perajin saya sudah 160 orang," kata Alwi. Perajin Alwi dibayar Rp 60.000 dan Rp 100.000 per minggu. Sedangkan karyawan tetap ada 12 orang dan digaji Rp 600 ribu dan Rp 800 ribu per bulan.
Pembuatan batik prada cukup sederhana. Pertama, kain batik yang bermotif diberi lem sesuai dengan motif yang ingin ditonjolkan. Setelah selesai dilem, kain dijemur di bawah terik matahari. Kegiatan ini dilakukan para perajin rumah masing-masing. Tahap selanjutnya menyapukan glitter berwarna emas atau perak pada motif batik yang telah diberi lem sehingga menempel membentuk desain yang berkilauan. Marwati, salah satu perajin batik prada mengaku bahagia pekerjaan yang dilakoninya menghasilkan rupiah yang cukup lumayan. "Ada koperasi bisa juga kita kesusahan, kita bisa minjem," Maryati menambahkan.
Selain rutin menyuplai ke pusat grosir Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Alwi menerima pesanan dari Thailand dan Vietnam. "Pemasaran sudah ke mancanegara tapi tidak langsung, melalui broker-broker di antaranya dari Pasar Tanah Abang," ungkap lelaki berperawakan sedang ini. Agar produknya lebih dikenal di Vietnam, baru-baru ini, Alwi mengikuti pameran di Ho Chi Minh dan Hanoi dengan biaya pemerintah daerah setempat.
Sejauh ini, Alwi dan Salwaa memproduksi 20 kodi batik per minggu. Namun, pada saat permintaan meningkat, mereka berusaha keras untuk memenuhi pesanan. Tak jarang di saat itu mereka kerap menemui kendala. "Glitter perak di toko bahan kimia per kilogram sekarang sangat tinggi," kata Salwaa. Bahkan, wanita berjilbab ini menambahkan, pernah glitter habis di pasaran.
Baik Alwi maupun Salwaa mengaku keuntungannya selama ini sangat tipis. Kendati demikian mereka bahagia karena bisa ikut berperan meningkatkan perekonomian warga setempat. Lurah Sawangan Baru Suhari mengaku cukup bangga sekali dengan usaha yang digeluti pasangan tersebut. "Dengan adanya usaha semacam ini mengurangi para pengangguran, terutama ibu-ibu rumah tangga, ketimbang dia ngerumpi, dia punya penghasilan dan punya kreativitas, " kata Suhari.
Sebagai warga binaan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Depok, pasangan suami istri ini mengharumkan nama lingkungan tempat tinggalnya. Meski produknya telah menembus pasar ekspor, mereka tetap berusaha untuk bisa lebih inovatif.(DNP/Tim Usaha Anda)
BATIK PRADA
ALWI SHAHAB
Jalan Abdul Wahad Nomor 5
Rukun Tetangga 02 Rukun Warga 03
Sawangan, Depok, Jawa Barat
Telepon: (0251) 612213
Alwi dan Salwaa memulai usaha batik prada sekitar sepuluh tahun silam. Pada 1995, suami istri ini mengembangkan usaha dengan merekrut tiga karyawan. Tak disangka, prospek usaha kerajinan batik prada berkembang cukup baik seiring dengan permintaan yang meningkat secara signifikan. Hal ini mendorong Alwi Shihab mulai mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar rumah untuk membantu.
Setiap pagi, rumah pendiri Koperasi Teratai Emas itu dipenuhi para perajin. Mereka mengambil jatah batik untuk dibuat prada. Setiap orang mendapat jatah dua hingga tiga potong kain panjang. "Sekarang alhamdullilah perajin saya sudah 160 orang," kata Alwi. Perajin Alwi dibayar Rp 60.000 dan Rp 100.000 per minggu. Sedangkan karyawan tetap ada 12 orang dan digaji Rp 600 ribu dan Rp 800 ribu per bulan.
Pembuatan batik prada cukup sederhana. Pertama, kain batik yang bermotif diberi lem sesuai dengan motif yang ingin ditonjolkan. Setelah selesai dilem, kain dijemur di bawah terik matahari. Kegiatan ini dilakukan para perajin rumah masing-masing. Tahap selanjutnya menyapukan glitter berwarna emas atau perak pada motif batik yang telah diberi lem sehingga menempel membentuk desain yang berkilauan. Marwati, salah satu perajin batik prada mengaku bahagia pekerjaan yang dilakoninya menghasilkan rupiah yang cukup lumayan. "Ada koperasi bisa juga kita kesusahan, kita bisa minjem," Maryati menambahkan.
Selain rutin menyuplai ke pusat grosir Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Alwi menerima pesanan dari Thailand dan Vietnam. "Pemasaran sudah ke mancanegara tapi tidak langsung, melalui broker-broker di antaranya dari Pasar Tanah Abang," ungkap lelaki berperawakan sedang ini. Agar produknya lebih dikenal di Vietnam, baru-baru ini, Alwi mengikuti pameran di Ho Chi Minh dan Hanoi dengan biaya pemerintah daerah setempat.
Sejauh ini, Alwi dan Salwaa memproduksi 20 kodi batik per minggu. Namun, pada saat permintaan meningkat, mereka berusaha keras untuk memenuhi pesanan. Tak jarang di saat itu mereka kerap menemui kendala. "Glitter perak di toko bahan kimia per kilogram sekarang sangat tinggi," kata Salwaa. Bahkan, wanita berjilbab ini menambahkan, pernah glitter habis di pasaran.
Baik Alwi maupun Salwaa mengaku keuntungannya selama ini sangat tipis. Kendati demikian mereka bahagia karena bisa ikut berperan meningkatkan perekonomian warga setempat. Lurah Sawangan Baru Suhari mengaku cukup bangga sekali dengan usaha yang digeluti pasangan tersebut. "Dengan adanya usaha semacam ini mengurangi para pengangguran, terutama ibu-ibu rumah tangga, ketimbang dia ngerumpi, dia punya penghasilan dan punya kreativitas, " kata Suhari.
Sebagai warga binaan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Depok, pasangan suami istri ini mengharumkan nama lingkungan tempat tinggalnya. Meski produknya telah menembus pasar ekspor, mereka tetap berusaha untuk bisa lebih inovatif.(DNP/Tim Usaha Anda)
BATIK PRADA
ALWI SHAHAB
Jalan Abdul Wahad Nomor 5
Rukun Tetangga 02 Rukun Warga 03
Sawangan, Depok, Jawa Barat
Telepon: (0251) 612213