Liputan6.com, Denpasar: Satu di antara kerajinan khas Bali yang disukai turis mancanegara adalah topeng bali. Baru-baru ini, SCTV, menemui perajin topeng yang cukup populer di Pulau Dewata, Bagus Anom.
Menurut Bagus, membuat topeng perlu keseriusan khusus. Ia mempelajari seni topeng sejak 1968 dari ayahnya. Bagus mengaku, topeng buatannya semakin bagus bila dapat merasakan makna di balik topeng yang dibuat.
Membuat topeng mimik sedih, menurut Bagus berbeda dengan membuat topeng dengan mimik tersenyum. Untuk mendalami makna topeng yang dibuat, Bagus harus belajar menari dengan menggunakan topeng-topeng yang berbeda ekspresi.
Bagus mengaku dapat menjual rata-rata lima buah topeng per bulan. Harga jualnya antara Rp 600 ribu hingga jutaan rupiah, Sebelum terjadi tragedi Bom Bali (12 Oktober 2002), penjualan topeng bahkan mencapai belasan buah per bulan.
Selain harus mampu memaknai topeng yang diukir, tutur Bagus, bahan pun harus khusus dengan menggunakan kayu pohon pule. Kayu ini dipercaya memiliki kekuatan magis. Untuk membuat sebuah topeng diperlukan waktu antara dua pekan hingga berbulan-bulan. Semuanya tergantung kerumitan ukirannya.(YYT/Wirawan dan Doni Indradi)
Menurut Bagus, membuat topeng perlu keseriusan khusus. Ia mempelajari seni topeng sejak 1968 dari ayahnya. Bagus mengaku, topeng buatannya semakin bagus bila dapat merasakan makna di balik topeng yang dibuat.
Membuat topeng mimik sedih, menurut Bagus berbeda dengan membuat topeng dengan mimik tersenyum. Untuk mendalami makna topeng yang dibuat, Bagus harus belajar menari dengan menggunakan topeng-topeng yang berbeda ekspresi.
Bagus mengaku dapat menjual rata-rata lima buah topeng per bulan. Harga jualnya antara Rp 600 ribu hingga jutaan rupiah, Sebelum terjadi tragedi Bom Bali (12 Oktober 2002), penjualan topeng bahkan mencapai belasan buah per bulan.
Selain harus mampu memaknai topeng yang diukir, tutur Bagus, bahan pun harus khusus dengan menggunakan kayu pohon pule. Kayu ini dipercaya memiliki kekuatan magis. Untuk membuat sebuah topeng diperlukan waktu antara dua pekan hingga berbulan-bulan. Semuanya tergantung kerumitan ukirannya.(YYT/Wirawan dan Doni Indradi)