Ketua YLKI: Subsidi BBM Omong Kosong

Ketua YLKI Indah Suksmaningsih menuding pemerintah lemah dalam evaluasi dan pengawasan pengeluaran dana kompensasi BBM. Setiap lima persen kenaikan harga BBM, pemerintah mendapat Rp 5 triliun.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Feb 2005, 09:18 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai evaluasi dan pengawasan pemerintah terhadap penyaluran dana kompensasi subsidi bahan bakar minyak masih lemah. Padahal setiap lima persen kenaikan harga BBM, pemerintah memperoleh pendapatan Rp 5 triliun berupa dana pengalihan subsidi. Untuk itu, YLKI meminta pemerintah mempertanggungjawabkan penyaluran dana kompensasi bahan bakar minyak sebelum menaikkan harga. "Subsidi itu omong kosong," kata Ketua YLKI Indah Suksmaningsih di Jakarta, baru-baru ini.

Di tempat terpisah, Direktur Utama Pertamina Widya Purnama mengaku kenaikan harga BBM tak terhindarkan. Pertamina terpaksa mengimpor 450 ribu barel BBM dan 370 ribu barel minyak mentah per hari. Pasalnya, produksi minyak nasional tak mencukupi. Untuk impor itu, Pertamina harus mengeluarkan dana US$ 32 juta atau hampir Rp 3 miliar per hari. Apalagi impor itu ternyata dilakukan melalui agen yang membutuhkan komisi.

Hingga kini, besaran pengeluaran subsidi dan bentuk pengeluaran dana kompensasi memang masih digodok. Wakil Presiden Jusuf Kalla berjanji dua masalah ini dapat dipecahkan dalam waktu dekat. Namun, besar prosentase kenaikan harus disahkan lewat Keputusan Presiden [baca: Prosentase Kenaikan Harga BBM Masih Dirumuskan].(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya