Akuisisi PT HM Sampoerna Dinilai Janggal

Pengamat pasar modal Adrian Rusmana melihat kejanggalan dalam akuisisi 40 persen saham PT HM Sampoerna oleh perusahaan rokok asal AS, Philip Morris. Saham dibeli pada Sabtu dan harga saham kemahalan.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Mar 2005, 09:15 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Pengamat pasar modal Adrian Rusmana Setiamihardja mempertanyakan akuisisi 40 persen saham PT Handjaja Mandala Sampoerna Tbk (HM Sampoerna) oleh Philip Morris. Pembelian 1.753.200.000 lembar saham PT Sampoerna ini terkesan buru-buru dan yang lebih mengherankan dilakukan Sabtu, saat bursa sedang libur. Kejanggalan ini diungkapkan Adrian di Jakarta, Selasa (15/3).

Adrian mengatakan, transaksi dilakukan tanpa pengumuman sebelumnya. Sebelum akuisisi seharusnya saham Sampoerna di-suspend terlebih dulu. Dengan demikian, harga saham Sampoerna tidak melonjak dari Rp 8.900 menjadi Rp 10.500 per lembar.

Di sisi lain, Adrian melihat dampak positif pembelian saham secara besar-besaran, yakni penerimaan dari sektor pajak. "Ini kan baru penjualan awal-awal saja Rp 18,5 triliun," kata Kepala Peneliti Bank Negara Indonesia Securities. Setoran pajak akan bertambah Rp 48 triliun jika perusahaan rokok asal Amerika Serikat itu menambah kepemilikan saham menjadi 100 persen.

Dengan pembelian saham ini, Philip Morris telah menguasai 57 persen saham Sampoerna. Sebelumnya, perusahaan yang memiliki jaringan bisnis di 160 negara itu hanya menguasai 17 persen saham perusahaan rokok besar ketiga di Indonesia itu. Kini, Philip Morris akan menjadi pemegang saham pengendali atas perusahaan keluarga tiga generasi Sampoerna.(TNA/Nastiti Lestari dan Budi Sukma)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya