Akuisisi Sampoerna Tak Mengubah Peta Industri Rokok

Philip Morris mendapatkan keuntungan delapan persen dari akuisisi 40 persen saham Sampoerna. Untuk mempertahankan lapangan kerja, produsen rokok ini diharapkan tak membinasakan sistem kerja manual.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Mar 2005, 08:25 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Akuisisi atau pembelian 40 persen saham PT Handjaja Mandala Sampoerna Tbk (HM Sampoerna) oleh Philip Morris tidak akan mempengaruhi peta industri rokok nasional. Philip Morris sebagai produsen rokok putih hanya akan mendapatkan keuntungan delapan persen dari pembelian Sampoerna selaku produsen rokok kretek. "Pemain-pemain besar tetap saja Gudang Garam Grup, Sampoerna, Bentoel, nggak ada perubahan, karena hanya ganti kepemilikan," kata pengamat pasar modal Budi Budar di Jakarta, Rabu (16/3).

Menurut Budi, dengan membeli saham Sampoerna, target Philip Morris adalah meningkatkan share penjualan. Sebab, perusahaan sigaret asal Amerika Serikat ini juga berencana menjual produk kretek ke pasar luar negeri, terutama Asia. Dengan akuisisi ini, pangsa pasar kedua perusahaan menjadi 23,5 persen dan berada di posisi kedua mengantikan PT Djarum.

Senada dengan Budi, pengamat ekonomi Aviliani mengatakan, pergantian kepemilikan dari pengusaha lokal ke pengusaha asing tidak berdampak besar terhadap perekonomian nasional. Sebagai industri yang bergerak di sektor riil dan padat karya, industri rokok dipastikan akan tetap menggunakan tenaga kerja lokal. Kehadiran investor asing ini juga memperlihatkan makin menariknya investasi di Indonesia.

Dia menambahkan, akuisisi ini juga menunjukkan fenomena banyak perusahaan besar asing yang memiliki saham perusahaan Indonesia. Selain itu, perusahaan besar akan melirik perusahaan milik Cina dan Korea.

Namun, Aviliani meminta pemerintah memberi perhatian khusus kepada pengusaha lokal agar tetap mampu bersaing dengan investor asing. Sebab, bukan tidak mungkin, kehadiran Philip Morris yang bermodal kuat dapat memukul investor lokal. Untuk mencegah kondisi buruk ini, pemerintah tetap musti mendukung investor lokal dengan memberantas pungutan liar, birokrasi berbelit, dan diskriminasi agar mereka tidak beralih ke sektor lain atau memindahkan usaha ke negara lain.

Pada hari yang sama, manajemen Philip Morris menemui Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie. Pertemuan berlangsung tertutup bagi wartawan. Pihak Philip Morris juga tidak memberi komentar apa pun seputar isi pertemuan maupun latar belakang pembelian saham Sampoerna. Sementara itu, Wakil Presiden Direktur HM Sampoerna Angky Camaro mengatakan, pihaknya telah mempersiapkan langkah-langkah dalam Rapat Umum Pemegang Saham nanti dan siap mengikuti seluruh peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

Usai pertemuan, Aburizal mengatakan, akuisisi Sampoerna oleh Philip Morris menunjukkan peningkatan kepercayaan investor yang luar biasa terhadap Indonesia. Tapi, untuk mempertahankan lapangan kerja, Ical--panggilan akrab Aburizal--meminta pabrik Sampoerna tetap menggunakan sistem manual. Diharapkan, proses akuisisi selesai pada 18 Maret mendatang.

Sayangnya, Ical tidak bisa menjelaskan latar belakang akuisisi saham Sampoerna senilai Rp 18,58 triliun itu. Padahal, ada kekhawatiran pembelian saham dengan harga yang sangat tinggi ini akan membuat Sampoerna jadi perusahaan tertutup [baca: Akuisisi PT HM Sampoerna Dinilai Janggal].(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya