Bayi Itu Diselamatkan dari Reruntuhan

Tim relawan Australia berhasil mengangkat bayi belum bernama itu dari reruntuhan bangunan sebuah rumah sakit di Gunung Sitoli. Sebagian besar warga Nias memilih mengungsi.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Apr 2005, 08:36 WIB
Liputan6.com, Medan: Dia sempat terasing. Sendiri. Tertimbun di bawah reruntuhan bangunan. Gempa berkekuatan 8,7 skala Richter yang mengguncang Nias, Senin malam pekan kemarin, telah memisahkan dirinya dari orangtua. Semula semua mengira dia tewas.

Tapi Tuhan berkehendak lain. Tim relawan Australia, baru-baru ini, berhasil mengangkat bayi belum bernama itu dari reruntuhan bangunan sebuah rumah sakit di Gunung Sitoli. Sang bayi kini dirawat intensif di Ruang Prinatalogi Santa Monika RS Santa Elizabeth, Medan, Sumatra Utara.

Belakangan baru diketahui, bayi seberat empat ons adalah anak kedelapan pasangan Assalia Zega dan Holo`o Zebua dari Idanogawo, Nias. Menurut kedua orangtuanya, sang bayi dilahirkan pada 24 Maret 2005, empat hari sebelum gempa meluluhlantakkan Nias.

Assalia menuturkan, sejak dilahirkan bayi mungilnya sudah mendapat perawatan khusus. Tak semua orang diizinkan menjenguk. Usai bencana, Assalia bertekad membesarkan anaknya dan berjanji tak akan melahirkan lagi. Kini berat sang bayi naik satu kilogram.

Sebagian besar warga Nias hingga kini masih mengungsi. Mereka khawatir dengan bencana susulan. Amir, salah seorang warga Gunung Sitoli menuturkan, terpaksa meninggalkan kampung halaman untuk menyelamatkan keluarganya. "Untuk menghindari anak-anak ini dulu," kata Amir.

Amir mengatakan, baru akan kembali ke Nias bila situasinya sudah benar-benar aman. Dia juga yakin musibah tak akan menenggelamkan Pulau Nias seperti isu yang kini santer beredar. "Itu kabar bohong," jelas Amir.

Sementara beberapa warga lain mengaku, terpaksa meninggalkan Nias karena pasokan makanan di daerah bencana amat terbatas. Di samping itu mereka khawatir dengan masalah kesehatan. Sebab, sepekan lebih pascagempa, evakuasi mayat yang tertimbun reruntuhan belum selesai. Akibatnya, bau busuk menyebar ke mana-mana. "Mayat yang membusuk bisa menyebarkan penyakit," kata Nur Ainun, warga Gunung Sitoli.

Erma Zebua pun mengungkapkan hal senada. "Karena mengingat anak-anak yang mulai pada sakit, tim kesehatan tak datang-datang ke sana. Kita suruhlah ke tempat saudara di Jambi," kata Erma.(AIS/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya