Penolakan parlemen Amerika Serikat (AS) atas penambahan anggaran Kementerian di negara tersebut sempat membuat harga minyak mentah dunia merosot langsung ditanggapi oleh Dewan Energi Nasional (DEN).
Anggota DEN, Herman Darnel Ibrahim mengungkapkan penolakan tersebut akan menyebabkan terjadinya dinamika di pasar sehingga berpengaruh menurunkan harga minyak internasional.
"Di satu sisi, karena kami importir, jika harga turun menjadi satu hal yang bagus bagi Indonesia, di lihat dari aspek konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Ini tentu akan ada implikasi yang lain, tapi saya belum bisa memperkirakan. Dari sisi perekonomian, turunnya harga minyak biasanya diikuti dinamika ekonomi secara umum juga," tutur dia di Nusa Dua, Bali, Rabu (2/10/2013).
Hal tersebut, sambung Herman, sangat ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Dia mencontohkan, ketika kabar Suriah akan diserang muncul ke permukaan dan hangat menjadi bahan perbincangan, para pengamat menganalisis bahwa harga minyak dunia bakal naik.
"Itu karena Suriah dilewati oleh pipa atau transportasi dari Timur Tengah ke arah Eropa, tapi ternyata kondisinya sekarang sudah dingin. Pelaku tidak akan tinggal diam kalau terjadi penurunan harga sehingga produsen menyusutkan produksi," kata dia.
Dengan penurunan produksi, sambung Herman, akan mengontrol atau kembali menyeimbangkan harga. Dia memperkirakan harga minyak dunia akan kembali normal di kisaran US$ 90-100 per barel.
Dia bilang, ongkos produksi minyak (offshore) di Indonesia sangat tinggi. Seperti biaya lifting minyak yang dihitung 45% dari harga, karena pendapatan dari minyak ke negara ini hanya 55%.
"Tapi tidak tahu juga bisa kapan harga minyak dunia bisa normal, karena berhubungan dengan situasi politik, bencana alam dan sangat berpengaruh kepada suplai maupun demand. Sebenarnya secara umum, harga minyak sekarang juga tertolong, karena resesi Eropa. Kalau tidak ada masalah ekonomi dunia, konsumsi tidak akan berada di level sekarang yang masih 80-81 juta barel per hari," pungkas Herman.
Di pasar New York, West Texas Intermediate untuk pengiriman minyak di November turun 52 sen menjadi US$ 101,52 dalam pertengahan perdagangan Rabu pagi. Sedangkan di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November merosot 35 sen ke posisi US$ 107,59. WTI dan Brent telah jatuh lebih dari US$1 dari penutupan pekan lalu. (Fik/Ndw)
Anggota DEN, Herman Darnel Ibrahim mengungkapkan penolakan tersebut akan menyebabkan terjadinya dinamika di pasar sehingga berpengaruh menurunkan harga minyak internasional.
"Di satu sisi, karena kami importir, jika harga turun menjadi satu hal yang bagus bagi Indonesia, di lihat dari aspek konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Ini tentu akan ada implikasi yang lain, tapi saya belum bisa memperkirakan. Dari sisi perekonomian, turunnya harga minyak biasanya diikuti dinamika ekonomi secara umum juga," tutur dia di Nusa Dua, Bali, Rabu (2/10/2013).
Hal tersebut, sambung Herman, sangat ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Dia mencontohkan, ketika kabar Suriah akan diserang muncul ke permukaan dan hangat menjadi bahan perbincangan, para pengamat menganalisis bahwa harga minyak dunia bakal naik.
"Itu karena Suriah dilewati oleh pipa atau transportasi dari Timur Tengah ke arah Eropa, tapi ternyata kondisinya sekarang sudah dingin. Pelaku tidak akan tinggal diam kalau terjadi penurunan harga sehingga produsen menyusutkan produksi," kata dia.
Dengan penurunan produksi, sambung Herman, akan mengontrol atau kembali menyeimbangkan harga. Dia memperkirakan harga minyak dunia akan kembali normal di kisaran US$ 90-100 per barel.
Dia bilang, ongkos produksi minyak (offshore) di Indonesia sangat tinggi. Seperti biaya lifting minyak yang dihitung 45% dari harga, karena pendapatan dari minyak ke negara ini hanya 55%.
"Tapi tidak tahu juga bisa kapan harga minyak dunia bisa normal, karena berhubungan dengan situasi politik, bencana alam dan sangat berpengaruh kepada suplai maupun demand. Sebenarnya secara umum, harga minyak sekarang juga tertolong, karena resesi Eropa. Kalau tidak ada masalah ekonomi dunia, konsumsi tidak akan berada di level sekarang yang masih 80-81 juta barel per hari," pungkas Herman.
Di pasar New York, West Texas Intermediate untuk pengiriman minyak di November turun 52 sen menjadi US$ 101,52 dalam pertengahan perdagangan Rabu pagi. Sedangkan di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November merosot 35 sen ke posisi US$ 107,59. WTI dan Brent telah jatuh lebih dari US$1 dari penutupan pekan lalu. (Fik/Ndw)