Sukses

Seri I Piala Dunia Paralayang, Ujian Indonesia Jelang Asian Games

Tim Indonesia ingin buktikan bahwa sasaran empat medali emas di cabang olah raga Paralayang Asian Games 2018 bukanlah sesuatu yang muluk.

Liputan6.com, Manado - Genderang perang di cabang olahraga udara Paralayang sudah dibunyikan jelang Asian Games XVIII 2018 . Tim nasional (timnas) bayangan Indonesia sebanyak 18 pilot (sebutan bagi atlet olahraga dirgantara), yang terdiri 8 putri dan 10 putra, ingin buktikan bahwa sasaran empat medali emas AG ’18' bukanlah sesuatu yang muluk.

Dan, tekad mereka akan diuji pad Seri I Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang (PGAWC/Para Gliding Accuracy World Cup) di Taman Hutan Raya H.V. Worang, Gunung Tumpa, Manado, Sulawesi Utara, pada 17-19 Maret mendatang. Ajang ini bakal diikuti 112 pilot, 18 di antaranya putri asal 12 negara.

Selain lawan-lawan kuat Indonesia di Asian Games nanti, seperti Thailand, Cina dan Jepang, ada pula Belarus, Boznia & Herzegovina, Filipina, Hong Kong, Inggris, Kanada, Korea Selatan, Serbia dan Singapura.

Tuan rumah Indonesia, selain menurunkan timnas bayangan, juga akan menyertakan 58 pilot lagi. Pasalnya, kejuaraan yang bersifat perorangan, tidak membatasi peserta tiap negara.
          
Seri I PGAWC Manado 2017 memperebutkan hadiah 750 euro bagi juara pertama kelas umum dan beregu. 500 euro bagi peringkat kedua, serta 350 euro bagi peringkat ketiga. Sedang di kelas putri, juara pertama mendapatkan 500 euro, runner up 350 euro dan juara ketiga 250 euro.

Indonesia, yang diakui sebagai surga olahraga udara dunia oleh Presiden Federasi Aeronautika Internasional (FAI), Frits Brink, kembali mendapat kepercayaan menggelar Seri PGAWC.

Sebelumnya ajang ini telah digelar di Painan (Sumatera Barat) pada 2013, Puncak (Jawa Barat/2014), Bukit Timbis, Bali (2015) dan Are Guling, Lombok (Nusa Tenggara Barat/2016).

Dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah setelah Pengurus Federasi Aero Sport Indonesia Daerah (FASIDA) Sulawesi Utara bekerjasama dengan Perkumpulan Paralayang Minahasa, mengajukan penawaran tahun lalu. Upaya mereka berhasil meyakinkan pengurus PGAWC, bahwa Manado layak menggelar kejuaraan Paralayang tingkat dunia.  

2 dari 3 halaman

Juara Bertahan Absen

Namun, sayangnya para juara bertahan Seri PGAWC 2016, Goran Djurkovic (Serbia/putera) dan Marketa Tomaskova (Rep. Ceko/putri) tidak akan berlaga di Manado.

Melalui surat elektronik kepada Tagor Siagian, staf Humas Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia (PB FASI), Goran mengatakan sibuk sebagai anggota panitia pelaksana Seri II PGAWC di Serbia, 7-9 April mendatang. Sedangkan, Marketa mengaku tidak mendapat pendukung dana, mengingat biaya transportasi pesawat pergi dan pulang ke Manado dari Eropa cukup tinggi.

Sebenarnya Goran selalu antusias melawan para pilot Indonesia di kandang mereka. “Saya pasti akan mewaspadai para pilot tuan rumah. Karena seharusnya mereka sudah sangat menguasai lokasi lomba. Saya sudah siap dikeroyok mereka," katanya.

Pastinya mereka akan banyak sekali, seperti di Lombok tahun lalu, tidak sebanyak kalau seri di Eropa,” ujar dia seperti menyindir para pilot Indonesia yang jarang mengikuti seri di Eropa akibat lebih mengandalkan dana pribadi.
       
Apalagi tahun ini seri ketiga di Kanada, yang biaya transportasinya sangat besar dan waktu perjalanan panjang, sangat melelahkan. Lebih baik dana yang diberikan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), badan di bawah Komite Olimpiade Indonesia (KOI) yang khusus menangani atlit berpotensi, dimanfaatkan timnas bayangan AG ’18 mengikuti kejuaraan-kejuaraan lokal di Eropa dan Asia.

Selain Goran, pilot putra yang tetap harus diwaspadai adalah duo Serbia; Matjaz Sluga dan Matjaz Feraric serta Ma Qiang (Tiongkok). Mengenai peluangnya mempertahankan gelar tahun ini, Goran yang tidak menyangka bakal menjadi juara tahun lalu, cukup bahagia bila masuk 5 Besar pada Seri PGAWC 2017.

3 dari 3 halaman

Penerbang Muda

Bagaimana dengan pilot putra masa depan Indonesia, Aris Afriansyah? Dia adalah salah satu dari begitu banyak bibit penerbang muda yang bagus. Beberapa di antaranya mereka beruntung bisa masuk timnas bayangan  AG ’18 & WPAC ’17.

Menempati tiga besar kelas umum Seri PGAWC 2016, Aris mengaku ingin meraih prestasi lebih tinggi pada Seri 2017. Aris yang sedang bersiap ke Manado mengikuti Seri I PGAWC 2017 berujar yakin.

“Kalau bisa juara satu. Sudah saatnya pilot putra Indonesia berjaya di PGAWC!” kata Aris, 23, keponakan Dede Supratman, juara kelas umum Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang Antar Negara (WPAC) 2015.

Aris, selain masuk timnas bayangan AG ’18, juga menempati peringkat teratas pemilihan timnas bayangan WPAC Albania 2017, Agustus mendatang. Dia tidak hanya menyisihkan pilot-pilot senior generasi emas Thomas Widyananto dan kawan-kawan, yang merajai SEA Games 2011, dengan memborong 10 dari 12 medali emas yang diperebutkan, tapi juga pamannya sendiri.

Tim Nasional Bayangan Paralayang Indonesia untuk Asian Games 2018:

Putri:
1.    Eka Nesti Wulansari (jawa Tengah, 24 tahun)
2.    Ike Ayu Wulandari (Jawa Timur, 22)
3.    Rika Wijayanti (Jawa Timur, 23)
4.    Lis Andriana (Kalimantan Timur, 34)
5.    Ifa Kurniawati (Jawa Timur, 39)
6.    DR. Milawati Sirin (Jawa Barat, 47)
7.    Diah Kristina Rahayu (Jawa Timur, 28)
8.    Nofrica Yanti (Sumatera Barat, 33)

Putra:
1.    Aris Afriansyah (Banten, 23)
2.    Hening Paradigma (Jawa Tengah, 31)
3.    Dr. Elisa Manueke (Jawa Tengah, 56)
4.    Ardi Kurniawan (Jawa Timur, 28)
5.    Thomas Widyananto (Jawa Tengah, 40)
6.    Roni Pratama (Jawa Timur, 21)
7.    Joni Efendi (Jawa Timur, 27)
8.    Jafro Megawanto (Jawa Timur, 21)
9.    Reza Christiyanto, S.Pi (Jawa Timur, 33)
10.    Indra Lesmana (DKI Jaya, 22)