Sukses

3 Hal Menarik dari LRT Palembang, Transportasi Modern Penunjang Asian Games 2018

Tiga hal menarik dari LRT di Palembang, penunjang Asian Games 2018

Jakarta, - Light Rail Transit (LRT) Palembang resmi dibuka untuk umum per 1 Agustus 2018. Berbagai kalangan masyarakat antusias menyambut infrastruktur modern nan canggih yang merupakan penunjang Asian Games 2018 tersebut.

Baca Juga

  • Jelang Asian Games, Pelatih Balap Sepeda Larang Atlet Berhubungan Intim
  • INASGOC Pastikan Timnas Indonesia U-23 Tak Gunakan Jersey Anyar di Asian Games 2018
  • Flash Mob Para Atlet Iringi Langkah Kontingen Indonesia ke Asian Games 2018

Palembang menjadi kota pertama se-Indonesia yang memiliki LRT. Sejatinya, Jakarta juga mempunyai prasarana serupa. Namun, proyek yang mulai digarap sejak era Gubernur Joko Widodo itu belum rampung sepenuhnya hingga saat ini.

Kehadiran LRT diharapkan bisa mengurai kemacetan di Palembang. Apalagi, kota dengan makanan khas pempek itu bakal didatangi para atlet mancanegara untuk Asian Games 2018.

Bola.com menjajal LRT Palembang dari Stasiun Jakabaring, Minggu (5/8/2018). Tempat itu dipilih karena ingin menguji berapa lama waktu tempuh yang dibutuhkan masyarakat untuk sampai ke stasiun terakhir, yakni Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.

Ketika memasuki stasiun, kesan pertama yang didapati cukup ramai. Banyak masyarakat berbondong-bondong ingin naik moda transportasi masal tersebut. Mereka rela mengantri panjang demi mendapatkan tiket yang tersedia di loket.

Akan tetapi, para penumpang yang memiliki uang elektronik (E-Money) bisa langsung memasuki stasiun. Namun, kartu itu harus lebih dulu didaftarkan ke loket agar bisa terbaca mesin pemindai tiket.

"Untuk yang menggunakan E-Money harus didaftarkan dulu ke loket yang tersedia jika baru pertama naik LRT. Proses pendaftaran hanya sekali. Jadi, setelah itu masyarakat tetap bisa menggunakan E-Money itu tanpa perlu lagi didaftarkan ke loket," tutur salah satu petugas di Stasiun Jakabaring, Diana, mengatakan kepada Bola.com.

Bola.com menaiki kereta yang memiliki enam gerbong tersebut. Suasana yang ada tidak jauh berbeda dengan KRL Jabodetabek. Banyaknya masyarakat menjadi sebab LRT penuh sesak.

Para penumpang bersiap menaiki kereta di Stasiun LRT Palembang, Sumatra Selatan, Minggu (5/7/2018). LRT ini akan menjadi salah satu solusi transportasi saat Asian Games mendatang. (Bola.com/Reza Bachtiar)

Dari 13 stasiun yang dibangun, LRT Palembang baru berhenti di enam titik, antara lain Stasiun DJKA, Jakabaring, Ampera, Cinde, Bumi Sriwijaya, dan Bandara.

Butuh 45 menit untuk mencapai Stasiun Bandara dari Jakabaring. Namun, waktu tempuh itu kemungkinan bisa tereduksi jika kondisi LRT tidak terlalu penuh dengan penumpang.

Setelah merasakan LRT Palembang yang disiapkan untuk Asian Games 2018, Bola.com menemukan lima fakta menarik dari angkutan tersebut. Berikut ini adalah penjabarannya:

 

2 dari 4 halaman

Fitur Canggih

Ketika menaiki LRT Palembang, Bola.com tak merasakan adanya guncangan berlebih akibat pengereman yang dilakukan masinis. Situasi itu cukup kontras ketika meniki KRL Jabodetabek, yang terkadang membuat penumpang kehilangan kestabilan karena sistem pengereman mendadak.

LRT Palembang menjadi nyaman meski penumpang dalam posisi beridir. Sebuah fitur canggih yang tertanam menjadi alasan utamanya. Dikutip dari situs BUMN, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, mengatakan LRT Palembang memiliki alat pemantau kecepatan yang disebut automatic train protection.

"Dengan fitur tersebut, kecepatan LRT akan berkurang secara otomatis apabila kecepatan melebihi batas yang ditentukan. Jadi yang mengendalikan kecepatan masih masinis. Kalau di LRT Palembang ini sudah dibuat secara otomatis," kata Zulfikri.

LRT Palembang dirancang untuk berlari dengan kecepatan 85 km/jam. Jika melebihi batas wajar, kecepatan kereta bakal berkurang secara otomatis. Keamanan operasional moda transportasi itu pun jadi meningkat karena fitur canggih yang terintegrasi.

 

3 dari 4 halaman

Tarif Terjangkau

Pemerintah setempat menetapkan tarif LRT untuk masyarakat umum sebesar Rp 5.000 untuk jarak dekat, sedangkan Rp 10.000 untuk tujuan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2.

Ketika menaiki LRT dari Stasiun Jakabaring menuju Bandara, Bola.com hanya merogoh kocek sebesar Rp 10.000. Nilai itu jauh lebih efisien jika dibandingkan moda transportasi lainnya, misalnya taksi online.

Dengan tujuan yang sama, masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak 10 kali lipat. Namun, angka itu bersifat fluktuatif karena tergantung kondisi kepadatan arus lalu lintas.

Bahkan, Menteri Perhubunganm Budi Karya Sumadi, memastikan para atlet serta elemen yang terkait dengan Asian Games 2018 bisa menggunakan LRT tanpa dipungut biaya.

"Khusus untuk atlet, ofisial, dan media, kami gratiskan," kata Budi beberapa waktu lalu.

 

4 dari 4 halaman

Efisiensi Waktu

Selain bertarif murah dengan fitur yang canggih, menggunakan LRT juga memiliki keuntungan lain di Palembang. Publik maupun atlet bisa memperkirakan waktu tempuh karena terhindari dari kemacetan.

Bola.com sempat menggunakan taksi online dari Jakabaring menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2. Ketika itu, butuh waktu sekitar 1 jam 20 menit agar bisa mencapi lokasi.

Lamanya waktu tempuh disebabkan kondisi lalu lintas yang padat. Namun, jika menggunakan LRT, hanya membutuhkan waktu separuhnya jika berkaca dari pengalaman tim redaksi Bola.com ketika menaiki kendaraan bermotor.