Liputan6.com, Palembang - Nama Satia Bagja sudah tak asing lagi bagi sepak bola putri Indonesia. Bagaimana tidak, pria berusia 57 tahun ini sudah berkecimpung di dunia itu sejak 1997.
Tak heran, Satia pun tahu benar perbedaan cara menangani timnas putri dengan timnas putra. Menurutnya, timnas putri butuh sentuhan khusus.
Advertisement
Baca Juga
"Mereka baper (bawa perasaan, red). Agak sulit untuk tim putri. Jadi kita gak boleh ngomong sama satu pemain, kok yang diperhatikan itu aja. Jadi harus sama," kata Satia di sela-sela Asian Games 2018.
Pada Asian Games 2018, Satia membawa para pemain yang mayoritas baru 17 tahun. Tak heran, selain menjaga fisik pemain, ia pun harus juga menjaga perasaan anak asuhnya agar tak ada kecemburuan di dalam tim.
"Jangan ada yang cantik terus tidak dimarahin. Jadi harus sama," kata Satia.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di sini.
Resep Khusus
Lebih lanjut, Satia pun punya resep saat harus sedikit galak kepada para pemainnya. Satia mengatakan, dia tak pernah memarahi pemain secara sembunyi-sembunyi.
"Kalau harus marah ya di depan anak-anak. Jangan kita marahin yang ini tidak dimarahin," ujar Satia.
Â
Advertisement
Punya Potensi
Sepintas sepak bola putri memang kalah pamor dibanding sepak bola putra. Namun Satia memastikan tim putri Indonesia punya potensi yang bisa dikembangkan.
"Tahun 1997, kita kalah sama Thailand cuma 1-2. Harapan saya ke depan, sepak bola putri perlu ada perhatian khusus karena ada potensi di sana. Sayang kalau tidak diambil," ujar Satia.
Saksikan video pilihan di bawah ini: