Liputan6.com, Jakarta Tim dayung Indonesia menorehkan sejarah pada Asian Games 2018. Tim Merah Putih berhasil mengirim atlet ke final pada delapan nomor dari 10 nomor yang diikuti.
Dari delapan nomor itu, tim Indonesia sukses meraih empat medali, masing-masing meraih 2 medali perunggu, 1 medali perak, dan 1 medali emas. Medali emas dipersembahkan dari nomor kelas ringan delapan putra yang dimainkan oleh Ardi Ishadi, Ali Buton, Ihram, Ferdiansyah, Rio Darmawan, Muhad Yakin, Jefri Ardianto, dan Ujang Hasbulloh.
Advertisement
Baca Juga
Kesuksesan para atlet tentu tidak terlepas dari andil pelatih. Dalam cabang dayung, siapa sangka, ada tangan emas Meneer Belanda, Boudewijn van Opstel yang telah berada dan melatih di Indonesia sejak 2011.
Kepada Liputan6.com, Boudewijn pun mengungkapkan ceritanya selama melatih di Tanah Air. "Saya pikir cuaca bukan kendala terbesar melainkan budaya. fisik para atlet, dan mengerti sistem di sini," ujar Boudewijn.
Ia menambahkan, sistem pembinaan dayung di Indonesia sangat berbeda dengan di Belanda. Meski masih kalah kelas, Boudewijn menilai atlet-atlet Indonesia punya potensi untuk suksees.
Menurutnya, di balik kekurangan itu, Indonesia punya kesempatan sukses di cabang dayung. "Jadi Anda harus mengubah apa yang bisa Anda terima, dan menerima apa yang tidak bisa Anda ubah," ujar Boudewijn.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Tinggal di Bandung
Selama di Indonesia, Boudewijn mengaku tinggal di Bandung. Di Kota Kembang, Boudewijn pastinya telah memakan berbagai makanan Indonesia yang jauh berbeda dari makanan di Belanda.
Di antara makanan khas Indonesia, Boudewijn tak ragu menunjuk nasi goreng sebagai favoritnya. "Bagi saya nasi goreng kampung adalah yang terbaik," kata Boudewijn.
Meski menyukai nasi goreng, Boudewijn ternyata tidak mau atletnya memakan banyak nasi. Pasalnya, ia menilai nasi bukan makanan yang cocok bagi para atlet. "Saya mengerti Anda suka nasi, tetapi coba selipkan nasi merah dan banyak makan sayur serta susu," ujar Boudewijn.
Bukan cuma soal makanan, Boudewijn rela belajar bahasa Indonesia demi memperlancar komunikasi dengan atletnya. Boudewijn punya alasan sendiri terkait hal tersebut.
"Saya ingin efektif dengan atlet saya. Para atlet tidak bisa berbahasa Inggris, jadi saya pergi ke universitas di Bandung untuk belajar," kata Boudewijn.
Advertisement
Negara Terindah di Dunia
Tinggal di Indonesia apalagi di kota besar di Bandung membuat Boudewijn harus merasakan macet. Ia pun mengaku sangat tidak suka terjebak macet.
Menurut Boudewijn, ini sangat berbeda dengan keadaan di Belanda. "Di Belanda, dengan waktu dua jam, Anda bisa pergi dari ujung utara hingga selatan negara," kata Boudewijn.
Lebih lanjut, Boudewijn pun harus rela berpisah dengan istri dan kedua anaknya. Boudewijn mengungkapkan, tinggal di Indonesia cukup sulit bagi istri dan kedua orang anaknya itu.
Meskipun demikian, Boudewijn tak ragu menyebut Indonesia sebagai negara terindah di dunia. "Saya punya pekerjaan terbaik di dunia, dan tinggal di negara terindah di dunia," kata Boudewijn yang harus sering pulang-pergi ke Belanda untuk menjenguk istrinya.