Sukses

Dipandang Sebelah Mata, Tiwa Buktikan dengan Prestasi di Asian Para Games

Tiwa membuat kejutan saat menyabet medali perunggu pada nomor tolak peluru F20 putri Asian Para Games 2018.

Jakarta - Atlet disabilitas Indonesia, Tiwa, membuat kejutan saat menyabet medali perunggu pada nomor tolak peluru F20 putri Asian Para Games 2018, Senin (8/10/2018). Di balik prestasi membanggakan itu, Tiwa harus berjuang jatuh bangun sejak kecil, hingga perlahan bangkit dan bahkan bisa mengharumkan nama Indonesia.

Sekitar 10 tahun lalu, Tiwa yang kini berusia 21 tahun pernah mengalami peristiwa yang benar-benar pahit. Dia mendapat ejekan dari orang tua sahabatnya.

"Mau jadi apa kami nanti, mau jadi gembel?". Kata-kata pedas itu masih teringat jelas di benaknya sampai sekarang.

Saat itu Tiwa masih duduk di bangku sekolah dasar dan yatim piatu. Ibunya wafat pada 2006, sedangkan ayahnya meninggal lima tahun sebelumnya. Tiwa hanya bisa bersabar dan menutupi kesedihan atas ejekan tersebut.

Satu-satunya tempatnya mengadu adalah sang kakak, Ilam. "Saya memang sulit memahami pelajaran di sekolah, terutama matematika. Saya lambat berpikir ketika menghadapi angka-angka," kata anak terakhir dari tiga bersaudara itu, seperti dilansir Antara, Selasa (9/10/2018). 

Tiwa, yang memiliki kemampuan berpikir di bawah rata-rata (tunagrahita) menjadi korban stigma "anak pintar adalah yang jago hitungan matematika dan hitung-hitungan". Itu pula yang membuat orang tua sahabatnya memandang sebelah mata.

Kehidupan Tiwa penuh liku bahkan sejak masih bocah. Dia hanya mengenyam pendidikan formal hingga SD.

Sepeninggal orang tuanya, dua kakaknya Basirun dan Ilam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menderes karet. Penghasilan mereka hanya sekitar Rp 100 ribu per pekan. Tiwa turut membantu dengan menjadi tukang seterika pakaian di rumah orang, hingga mengumpulkan Rp 50 ribu per minggu.

Namun, Tiwa tak pernah mengeluh atau menyerah. Atlet kelahiran Simpang Pulai, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan menggembleng diri dengan olahraga. Awalnya sempat menekuni bola voli, kemudian beralih ke lari.

Dalam satu kesempatan, seorang pelatih bernama Agung Pamuji yang juga tinggal di Ukui melihat bakatnya. Dia kemudian mengasah teknik dan fisik Tiwa. Hingga pada 2014 Tiwa bisa bertanding di tingkat provinsi.

 

 

2 dari 2 halaman

Kejutan

Bakat Tiwa membawanya berlaga di Pekan Paralimpiade Nasional 2016, mewakili Riau. Dia tampil gemilang merebut dua medali emas.

Prestasinya makin menanjak saat dipercaya turun pada ASEAN Para Games 2017 di Malaysia. Dia memperoleh dua medali perak dari nomor lari 400 meter T20 putri dan perunggu dari lompat jauh T20 putri.

Berkat performa gemilangnya tersebut, Tiwa kembali dipanggil masuk pelatnas untuk Asian Para Games 2018. Dia turun dalam tiga nomor, yaitu tolak peluru F20, lari 400 meter T20, dan lari 1.500 T20.

Pada nomor tolak peluru yang bukan spesialisasinya, dia membuat kejutan. Semula hanya diplot menemani Suparniyati, Tiwa malah berhasil meraup medali perunggu. Medali emas jadi milik Suparniyati. Tiwa juga masih berpeluang menambah medali dari dunia nomor lainnya.

Berbagai prestasi tersebut membuat Tiwa bersyukur. Itu juga menjadi jawaban atas pandangan remeh yang pernah ditujukan kepada dirinya. 

Â