Liputan6.com, Jakarta Sebelum menjadi pengusaha sukses yang melambungkan produk hijab bernama “Kartina”, Syafrizal adalah seorang bankir disebuah perusahaan swasta di Jakarta dengan jabatan Kepala Kantor Pusat Operasi dan Pimpinan Wilayah.
Lalu, apa yang membuat Syafrizal melepas profesi bankir dan menjadi pedagang hijab? Hal ini berhubungan dengan usaha yang ia rintis bersama istirnya Kartina Elfa.
Ketika masih menjadi bankir, Syafrizal dan Elfa membangun usaha di sektor garmen dengan memproduksi pakaian dalam. Industri garmen yang dipilih karena dilatarbelakangi kegiatan Elfa yang melakukan bisnis kecil-kecilan berjualan busana Muslim di kantornya pada tahun 1990.
Advertisement
Prospeknya yang bagus membuat Syafrizal dan Elfa meningkatkan usaha memproduksi pakaian dalam. Untuk bisnis pakaian dalam ini, Elfa yang sepenuhnya mengelola keuangan dan karyawan, sedangkan Syafrizal lebih pada membantu dan mendukung istrinya,
"Istri saya yang merintis. Awalnya beli baju-baju gamis di Tanah Abang kemudian dijual lagi di antara teman-teman. Ini masih berlangsung ketika pertama kali membuka toko di Jambu Dua Plaza Bogor dan ITC Cempaka Mas, Jakarta. Baru beberapa tahun kemudian kami mencoba produksi sendiri, itu pun bukan baju gamis melainkan pakaian dalam. Saya sendiri tetap bekerja di bank sembari membantu istri saya dari sisi pengelolaan keuangan dan karyawan," cerita Syafrizal.
Persaingan barang sejenis dari Tiongkok membuat Syafrizal dan istri tak mampu mempertahankan bisnis pakaian dalam dan akhirnya dihentikan. Di sinilah awal mula usaha hijab bermerek "Kartina” dimulai.
Selanjutnya konspirasi hati Syafrizal....
1
Gagal dengan usaha pakaian dalam, Syafrizal dan Istri memutar otak hingga akhirnya memutuskan membuat hijab (busana Muslim) dengan menggunakan desain yang digambar oleh "Kartina" sendiri dan memberinya nama "Mario by "Kartina"". Mesin pembuat pakaian dalam pun mereka jual dan kemudian membeli mesin untuk memproduksi hijab.
Tahun 2004 pasangan suami istri ini membuka toko di Tanah Abang untuk pertama kalinya. Saat itu, baru dua toko yang menjual hijab. Dagangannya pun laris manis dan terus berkembang sehingga jumlah toko dan pegawai pun bertambah. Kondisi ini tak pelak menuntut Syafrizal turun tangan sepenuhnya membantu "Kartina" Elfa, istrinya yang mulai kewalahan jika harus menjalankan bisnisnya sendirian. Di sinilah keputusan besar diambil Syafrizal, dari seorang bankir beralih profesi menjadi pedagang tentu bukanlah keputusan yang mudah untuk diambil
20 tahun berkarir di dunia perbankan sejak tahun 1984 dan menduduki jabatan tinggi membuat Syafrizal bimbang untuk melepasnya. Maklum saja rutinitas dan kemapanan sebagai bankir yang telah dijalaninya puluhan tahun tersebut membuat Syafrizal merasa galau ketika harus melepaskan atributnya dan beralih profesi sebagai pedagang hijab.
Setelah memutuskan berhenti dari bank, setiap hari Syafrizal ikut menyingsingkan lengan baju, mengangkat sendiri barang dagangannya keluar masuk pasar Tanah Abang. Kehidupan ini berbeda 180 derajat dibandingkan ketika masih menjadi pejabat bank dulu. Perasaan ketika menjadi bankir masih tertanam dalam diri Syafrizal.
Sampai suatu hari, ia bertemu dengan salah satu mantan atasannya. Tanpa basa basi Syafrizal pun diajak bergabung kembali di bank tempat mantan bosnya bekerja.
“Saya ditawarin untuk joint dengan iming-iming gaji, fasilitas, serta bonus melebihi saat bekerja di bank yang dahulu saya gawangi,” kata Syafrizal. Peristiwa inipun membuat Syafrizal bimbang.
Fokus menerjuni profesi baru sebagai pedagang atau berkarir di perbankan dengan posisi yang menjanjikan. Iklim demokratis yang diterapkannya di tengah keluarga membuatnya turut melibatkan istri dan anak-anaknya untuk turut sumbang saran.
“Saat itu saya meminta pendapat istri dan anak-anak saya,” kenang pria murah senyum itu.
Titik balik keputusan Syafrizal berasal dari putra bungsunya, Mario. “Kalau Papa bisa memimpin perusahaan lain, kenapa tidak berani menjalankan bisnis sendiri?,” cerita Syafrizal.
Tantangan dari Mario itu menghentak benak pria kelahiran Padang, Sumatera Barat tahun 1961 tersebut. Tanpa pikir panjang, Syafrizal pun memantapkan niatnya untuk menjadi pedagang.
Selanjutnya faktor pendukung kesuksesan Syafrizal...
Advertisement
2
Kejujuran, kegigihan, dan semangat pantang menyerah menjadi modal utama Syafrizal dan "Kartina" Elfa untuk bahu membahu membesarkan usahanya. Nilai-nilai positif yang diyakini dan dijalankannya sejak masih menjadi bankir pun diterapkannya dalam menjalankan bisnisnya sebagai pedagang hijab.
Di bawah naungan Mario Group, merk "Kartina" segera dipatenkan. Strategi pemasaran produknya melalui mitra dan agen di berbagai wilayah Indonesia. Karena kualitas adalah kunci, ia tak sembarangan menerima mitra untuk membuatkan hijab sesuai rancangan istrinya. Putra keduanya, Ivan, yang telah menamatkan pendidikan di Australia mulai membantu bisnis keluarga untuk menyasar usia muda dan menjajaki pemasaran online via website.
Tangan dingin Syafrizal terbukti mampu membesarkan "Kartina"– brand hijab (busana Muslim) hingga dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan merambah beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, hingga Afrika.
Kini, 8 toko di Pasar Tanah Abang telah ia miliki dan 12 toko di Thamrin City. Belum termasuk toko di lokasi lainnya di Jakarta dan Bogor, Bekasi dan Bandung. Beberapa jaringan toko dengan konsep moderen pun terus dikembangkan.
Sebagai mantan bankir, Syafrizal paham benar salah satu jalan memperkuat usaha adalah menjalin kerjasama dengan perbankan. Dan salah satu bank yang memikat hatinya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA). “Layanan BCA profesional dan cepat. Saya nyaman bertransaksi dengan BCA. Untuk kemudahan transaksi sehari-hari di toko saya mengandalkan EDC BCA," ujar Syafrizal.
Sedangkan untuk berbagai transaksi dengan relasi maupun agen Syafrizal menggunakan KlikBCA Bisnis dan m-BCA yang praktis dan terpercaya.
“Saya senang dengan pelayanan yang ada di BCA. Keramahan dan kecepatannya dalam bertransaksi sangat luar biasa. Manfaat bagi usaha pun terasa," ungkap Syafrizal.
Syafrizal pun meyakini kontribusi mitra dan agen cukup besar dalam membesarkan "Kartina". Karenanya untuk memelihara relasi yang baik dengan mereka, ia rutin menggelar gathering bersama para mitra dan agen.
“Biasanya kami adakan di Anyer, Puncak atau tempat lainnya sekaligus bertukar pikiran,” ujar pria yang tampak awet muda ini.
Hubungan baik dengan para karyawan yang jumlahnya mencapai ratusan pun sangat dijaga oleh Syafrizal. Salah satunya dengan memberikan reward bagi yang berprestasi. Kini, ribuan item produk hijab "Kartina" beserta pernak-perniknya telah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia maupun mancanegara.
Dengan memegang teguh keyakinan yang dianutnya, Syafrizal optimistis bisnisnya membawa berkah.
“Jika kami menjalankan bisnis sesuai syariah Islam, kami yakin akan baik dan berkah,” jelasnya.
BCA Senantiasa di Sisi Anda.