Liputan6.com, Jakarta Bandung dikenal sebagai salah satu kota kuliner. Hal tersebut dapat terlihat jelas dari banyaknya inovasi dan variasi hidangan yang ditawarkan. Maka tak heran bila kota ini kerap dijadikan destinasi warga Jakarta dan sekitarnya saat akhir pekan maupun hari libur. Adapun jenis-jenis kuliner yang tersedia meliputi hidangan tradisional khas Sunda, menu favorit dari daerah lain, dan menu internasional. Semua itu bisa didapatkan di kafe, restoran, maupun toko oleh-oleh yang jumlahnya kian bertambah. Namun, tak hanya jumlahnya saja yang terus meningkat, melainkan perkembangan serta pertumbuhan bisnisnya.
Pasangan suami istri Totong Darmawan (38) dan Deisy Hermawaty (37) melihat peluang bisnis di balik maraknya tempat kuliner, khususnya oleh-oleh khas Bandung. Semua berawal dari Deisy yang gemar membuat kue keju untuk anak-anaknya. Berhubung keempat anaknya sangat menyukai kue keju homemade tersebut, Deisy dan Totong mulai merasa percaya diri untuk memperkenalkan kue favorit keluarganya itu kepada keluarga besar maupun relasi pada acara-acara pertemuan.
“Awalnya istri saya hanya ingin makanan yang sehat bagi anak-anak. Kalau dibuat sendiri, tentu kebersihan dan kualitas bahan-bahannya lebih terjaga. Makanan itu tanpa pengawet, tanpa bahan kimia, dan tanpa pewarna buatan yang berbahaya. Tapi ternyata kue dengan resep hasil modifikasi istri saya ini banyak pula diminati saudara-saudara kami,” ungkap Totong.
Advertisement
Pucuk dicinta ulam tiba. Pada satu kesempatan, salah satu sepupu Totong yang memiliki cita rasa tinggi merasa sangat terkesan dengan kue keju buatan Deisy. Baik Deisy maupun Totong tak menyangka bahwa sang sepupu itu kemudian memesan 40 buah kue keju untuk acara kumpul-kumpul di rumahnya.
“Itu merupakan pesanan pertama kami, hingga akhirnya kami memutuskan untuk segera mencari brand, dan terpilihlah ‘Amaro’ yang berarti gagah berani,” jelas Totong.
Tak membutuhkan waktu lama bagi Amaro Cake untuk dikenal sebagai salah satu ikon oleh-oleh khas Bandung. Melalui promosi dari mulut ke mulut, nama dan rasa Amaro Cake langsung tersebar ke berbagai kalangan. Soal rasa, kue bolu bertekstur empuk dan berwarna kuning keemasan itu memang tak perlu diragukan lagi. Taburan keju melimpah di atasnya membuat taste of cheese-nya tersebar ke seluruh mulut saat dinikmati.
Keduanya pun langsung terpacu untuk mulai menjalankan bisnis secara serius. Mereka mulai mendesain aneka kemasan yang cantik agar penampilan kue keju Amaro semakin menarik. Dan tak lupa, mereka mulai mematenkan merek kue keju ini pada Juli 2012 lalu.
“Kami merancang desain kemasan Amaro agar tampil beda. Salah satu kotak kue ada yang terbuat dari bahan kain dengan aksesoris cantik dan dapat disesuaikan dengan momen-momen khusus. Jadi ketika beredar di pasaran, Amaro tak cuma lezat di lidah, tapi juga indah dipandang dan bisa dijadikan oleh-oleh yang berkesan,” lanjut Totong.
>>> Baca halaman selanjutnya untuk mengetahui lebih lanjut tentang bisnis Amaro Cake.
Tak Setengah-setengah dalam Menjalankan Bisnis Amaro Cake
Baik Totong maupun Deisy dibesarkan di sebuah keluarga yang memiliki bisnis trading bahan-bahan kue. Pria lulusan Amerika ini hingga kini masih aktif bekerja di perusahaan milik keluarganya sebagai distributor produk-produk Unilever, Nestle, Bogasari, Sania, dan lainnya. Namun, bukan berarti Totong menjalankan bisnis Amaro Cake secara setengah-setengah. Hal itu terbukti dari popularitas Amaro Cake yang sudah menjamah hingga ke berbagai negara. Melalui para pelancong yang memesannya sebagai oleh-oleh, kue keju ini telah dikenal di Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Amerika.
Selain kue keju khas Amaro, kini Totong dan Deisy juga memproduksi varian kue lain seperti kue kering, kue tart untuk event spesial seperti ulang tahun atau pernikahan, kue lapis Malang, lapis apricot, dan beberapa jenis kue lainnya. Demi menjaga kualitas produknya, Totong hanya menerima pesanan, dan tidak menstok produk atau menitipkannya di toko kue atau toko oleh-oleh.
“Saya harus menjaga kualitas. Jadi tidak ada kue yang terbuang dan berkurang kualitasnya karena tidak fresh from the oven,” jelasnya.
Kue-kue Amaro dibanderol dengan kisaran harga mulai dari Rp 35 ribu hingga Rp 350 ribu. Namun, harga kue tart untuk event spesial tergantung pada permintaannya. Jika ukuran yang diminta besar dan tingkat kesulitan desainnya rumit atau tinggi, maka harga kue tersebut bisa mencapai Rp 1 juta lebih.
Dengan banyaknya pesanan yang terus mengalir bahkan meningkat pesat menjelang Lebaran, Natal dan Imlek, Totong mengaku akan segera membuka toko kuenya, sehingga produksi tidak hanya dilakukan berdasarkan pemesanan. Soal pemasaran, sejauh ini Totong mengaku hanya memanfaatkan broadcast BBM, facebook, selebaran serta dari mulut ke mulut.
Meskipun demikian, Totong optimis peluang bisnis ini sangat besar. Apalagi setelah melihat tren pasar produk Amaro yang terus berkembang selama dua tahun ini. Banyaknya kompetitor bisnis sejenis pun tak membuat Totong gentar karena ia yakin bisnis kuliner di Bandung akan terus meningkat. Kehadiran sebuah brand baru, justru tak akan mengancam eksistensinya, melainkan saling melengkapi satu sama lain.
“Sejauh ini tantangannya soal pengiriman karena hampir semua pesanan kue kami delivery. Sehingga kami harus menjaga agar on time diterima pemesan. Dan soal pembayaran umumnya dilakukan dengan transfer via bank BCA,” kata Totong yang sudah menjadi nasabah sejak 1998, dan mengaku akan menggunakan mesin EDC BCA untuk kemudahan transaksi di tokonya jika telah beroperasi.
Kemudian Totong melanjutkan, “Menjadi nasabah BCA itu rasanya luar biasa. BCA bisa diajak berdiskusi mengenai perencanaan keuangan pribadi maupun bisnis, sehingga saya juga merasa lebih dekat, nyaman, mudah, dan lebih banyak fasilitas dan manfaat yang bisa didapat. Produknya pun banyak sesuai dengan kebutuhan kami, “ ujar Totong. “Untuk pembelian mobil operasional, saya juga memanfaatkan fasilitas kredit kepemilikan kendaraan bermotor dari BCA.“
BCA Senantiasa Di Sisi Anda
(Adv)
Advertisement