Liputan6.com, Jakarta Sektor pariwisata dapat menjadi senjata andalan pemerintah Indonesia untuk mengurangi defisit neraca jasa. Namun sayang pemerintah Indonesia belum dapat memaksimalkan potensi tersebut.
Peneliti Senior Core Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, pemerintah harus lebih fokus pada sektor jasa yang potensial untuk mengurangi defisit neraca jasa secara efektif. Menurut Faisal, saat ini ada empat sektor yang berkontribusi terhadap neraca jasa Indonesia antara lain komunikasi, pariwisata, konstruksi dan pemerintah.
Baca Juga
"Di antara keempat sektor yang berkontribusi positif itu, jasa perjalanan merupakan penyumbang terbesar dengan komponen utamanya adalah pariwisata," kata Faisal, dalam Diskusi Meredam Defisit Neraca Jasa, di SME Tower, Jakarta, Rabu (26/2/2014).
Advertisement
Faisal pun menyayangkan, sektor pariwisata Indonesia yang kurang dikelola secara maksimal. Hal itu membuat surplus yang diperoleh dari sektor pariwisata jauh dibandingkan negara tetangga lainnya. Padahal negara Asia Tengagra lain juga mengandalkan pariwisatanya untuk meningkatkan pendapatan di sektor jasa.
" Semestinya Indonesia bisa mengeruk pendapatan yang lebih banyak di sektor ini dibandingkan negeri-negeri jiran tersebut," kata Faisal.
Indonesia Dapat Promosi Buruk dari Wisatawan Timur Tengah
Faisal mengakui, wisatawan asal Timur Tengah melihat Indonesia juga sebagai tempat untuk kawin kontrak. Kawasan Puncak Bogor pun menjadi salah satu kawasan yang terkenal dengan tempat kawin kontrak.
"Orang Arab tahu itu kawin kontrak, itu bukan rumor. Saya punay teman dari Arab memang bilang seperti itu," ujar Faisal.
Menurut Faisal, hal tersebut juga memberikan keuntungan bagi Indonesia karena menjadi suatu promosi. Sayangnya promosi itu merupakan hal yang buruk.
Selain itu, Faisal mengungkapkan, Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk beragama muslim belum dapat menawarkan potensi pariwisata religius. Malah Malaysia dan Singapura yang memegang potensi wisata yang cukup diminati.
"Malaysia menawarkan kenyamanan muslim. Berikutnya adalah Singapura, sedangkan Indonesia belum," kata Faisal. (Pew/Ahm)