Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Indonesia yang mampu membeli kendaraan masih berpikir panjang untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) non subsidi. Padahal mesin kendaraan yang dimilikinya sudah tidak boleh memakai BBM subsidi beroktan 88.
"Tapi inilah uniknya konsumen BBM Indonesia. Mereka mampu beli kendaraan bermotor, mampu beli kendaraan mahal begitu masuk SPBU mikir beli BBM-nya," ungkap Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Mohammad Hidayat, dalam acara NGV & Infrastructure Indonesia Forum, di Hotel Grand Melia Jakarta, Kamis (27/2/2014)..
Bahkan yang lebih memprihatikan, para pemilik mobil rela mendatangi bengkel-bengkel resmi agar mesin mobil miliknya disetting ulang supaya bisa memakai BBM subsidi.
"Celakanya, mobil-mobil di bengkel seperti Astra bisa diset ulang supaya bisa menggunakan BBM dengan oktan yang lebih rendah sampai segitunya yang terjadi di Indonesia," tuturnya.
Selain itu, mobil baru yang beredar di pasar juga bisa menenggak premium. Hal ini menunjukan produsen kendaraan hanya mengejar bisnisnya saja, tetapi tidak mendidik konsumennya untuk terlepas dari BBM subsidi.
"Satu hal menarik ada pameran mobil Internasional saya berjalan, saya tanya dia butuh BBM seperti apa, ini mobil bagus, hemat cukup menggunakan bensin oktan 88," pungkasnya.
Advertisement