Liputan6.com, Jakarta Perusahaan pengelola kawasan hutan di Pulau Jawa, Perum Perhutani, mencatatkan kenaikan laba bersih sepanjang 2013. Tahun lalu, perusahaan membukukan laba Rp 204 miliar, naik 3,5% dibandingkan perolehan 2012 sebesar Rp 197 miliar.
Keuntungan Perhutani meningkat seiring perolehan pendapatan perusahaan yang mencapai Rp 3,9 triliun.
"Pendapatan tersebut diperoleh dari kelompok usaha kayu sebesar 48% dan non kayu 52%," kata Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto di kantornya, Jakarta, Rabu (5/3/2014).
Penjualan terbesar Perhutani berasal dari penjualan luar negeri industri non kayu sebesar Rp 1,3 triliun atau 137% dari rencana. Sementara dari dalam negeri, perusahaan mengantongi pendapatan senilai Rp 617 miliar.
Sumber pendapatan lainnya diperoleh Perhutani dari hasil penjualan kayu tebangan yang mencapai Rp 1,6 triliun atau 116% dari rencana.
Secara rata-rata, pertumbuhan pendapatan pada tahun ini mencapai 12%. Sayangnya pertumbuhan pendapatan pada 2012 dan 2013 lebih rendah dibandingkan 2010 dan 2011.
"Ini karena penurunan potensi pendapatan sektor kayu di 2012 dan 2013 serta penurunan harga produk non kayu khususnya gondorukem dan terpentin pada 2012," kata Bambang.
Selama ini Perhutani menjalankan bisnis sektor dengan produk hasil kayu, getah pinus. Sayangnya, perusahaan masih harus melakukan penataan dan penguatan di sektor hilir.
Perhutani tercatat mengelola hutan di Jawa Madura seluas 2,5 juta hektar. "Tidak kurang dari 5600 desa hutan berada di sekitar wilayah kerja Perhutani yang bergantung pada usaha Perhutani di hutan," kata Bambang.
Dengan tetap konsentrasi bisnis di sektor hulu dan rencana pengembangannya, Perhutani menargetkan peningkatan pendapatan pada 2014 menjadi Rp 4,6 triliun dengan target laba sebesar Rp 287 miliar.
Perusahaan terus berupaya meningkatkan kontribusi pendapatan dari sektor usaha non kayu daripada kayu.