Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan proyek panas bumi sangat bergantung air karena itu tidak akan merusak hutan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi Terbarukan (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan, energi panas bumi berasal dari air hujan yang merembes ke dalam tanah.
Air ini kemudian direbus magma gunung berapi, sehingga menjadi uap, uap tersebut kemudian dikeluarkan melalui pipa sehingga dapat memutar turbin dan turbin yang memutar tersebut menghasilkan listrik.
"Ada  hujan kan merembes, karena ada magma di bawah memanaskan hot rock jadi resevoar karena dipanasin ini nggak bisa kemana-maan kita bikin sumur, uapnya masuk ke turbin dan turbinnya mutar buat listrik," papar Rida di Kantornya, Jakarta, Rabu (5/3/2014).
Rida menambahkan, karena bergantung pada air, energi panas bumi sangat sangat membutuhkan hutan. Pasalnya, hutan menyimpan air.
"Airnya kan nggak tentu perlu hutan setiap proyek panas bumi sebagai sumber air, kalau ingin listrik terus-terusan dari panas bumi harus memelihara hutan, kalau tidak bubar karena nggak ada airnya," ungkap dia.
Rida pun membantah, jika proyek panas bumi merusak lingkungan dan mengurangi lahan hutan. "Kalau Proyek panas bumi merusak hutan logikannya nggak masuk akal karena panas bumi itu dari uap," tutur dia.
Direktur Panas Bumi Ditejen EBTKE Kementerian ESDM Tisnaldi mengungkapkan, proyek panas bumi sangat konsisten dengan lingkungan, jika satu pohon ditebang karena pengembangan proyek tersebut maka perusahaan pengembang wajib menanam tiga pohon.