Liputan6.com, Tel Aviv Menjadi korban perang sejak kecil tak lantas memadamkan semangat Stef Wertheimer untuk hidup lebih baik. Terbukti, pria keturunan Jerman ini berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu miliarder terkaya di Timur Tengah.
Saat masih berusia 11 tahun, Wertheimer harus pindah ke Israel demi menghindari berbagai teror yang dilancarkan Nazi. Meski tak tamat sekolah, medan perang seakan telah menjadi tempat menimba ilmu bagi Wertheimer.
Sampai akhirnya saat perang berakhir, dia menemukan bahwa negaranya tidak memerlukan kekuatan militer. Israel, tempatnya bernaung harus menggenjot ekonominya lewat bisnis manufaktur dan kegiatan ekspor.
Alhasil berdirilah kerajaan industri Wertheimer, ISCAR yang memproduksi berbagai alat pemotongan perkakas industri. Produknya terkenal seantero jagat. Bahkan perusahaan global sekelas Ford dan General Motors juga menggunakan produk ISCAR.
Lantas bagaimana lika-liku kehidupan Wertheimer hingga keturunan Eropa ini mampu menjadi miliarder terkaya di Timur Tengah?. Berikut kisahnya seperti dikutip dari 4 Traders, Celebrtiy Net Worth, dan Forbes, Kamis (6/3/2014):
Kabur dari Kejaran NAZI
Stef Wertheimer, pria kelahiran Jerman yang kabur dari Nazi
Pria ketiga terkaya di Israel, Stef Wertheimer lahir pada 16 Juli 1926. Wertheimer yang sebenarnya lahir di Kippenheim, Jerman, harus meninggalkan tanah kelahirannya demi menghindari serangan dan teror Nazi.
Bersama keluarga, diusianya yang baru 11 tahun Wertheimer pindah dan menetap di Tel Aviv, salah satu kota di Israel. Wertheimer mengenyam pendidikan di Tel-Nordau School hingga berusia 16 tahun, dan dikeluarkan dari sekolah.
Pria yang kini telah memiliki empat anak itu memilih bekerja di sebuah toko perbaikan kacamata. Di waktu bersamaan dia juga mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan optik dari Profesor Emanuel Goldberg, peneliti besar di bidang teknologi khususnya, penglihatan.
Advertisement
Ikut Berperang
Wertheimer akhirnya terlibat dalam beberapa perang
Hidup di tengah gejolak peperangan, Wertheimer tak pernah tinggal diam. Pada 1943, dia bergabung dengan British Royal Air Force dan menerjunkan diri ke dalam Perang Dunia II.
Kala itu, Wertheimer bertugas sebagai teknisi perlengkapan mata. Dia dikirim ke Bahrain untuk memperbaiki berbagai perlengkapan optik yang di pasang di setiap pesawat militer Inggirs.
Dua tahun kemudian, dia bergabung dengan Palmach, serdadu khusus yang dilatih Inggris untuk beroperasi melawan angkatan bersenjata Jerman. Pada 1947, dia bergabung dengan Haganah dan bekerja di bagian peningkatan dan pengembangan alat-alat optik.
Selama 1948, saat perang antara Arab dan Israel pecah dia menjadi teknisi optik di Yiftach Brigade. Setelah perang berakhir, dia bekerka di RAGFAEL, tapi dipecat tak lama kemudian karena tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup.
Sukses dari Halaman Belakang Rumah
Bisnis besar Wertheimer dimulai dari halaman belakang rumah
Setelah ikut melalanglang buana di dunia peperangan, Wertheimer menyadari bahwa masa depan Zionis tidak hanya bergantung pada kekuatan militer tapi juga pada manufaktur dan aktivitas ekspor. Dia pun menjatuhkan pilihan pada bisnis logam.
Uniknya, perjalanan dia mewujudkan mimpi-mimpinya hingga menjadi kenyataan dimulai dari halaman belakang rumah di Nahariya. Di dalam rumah yang disewanya, dia tinggal bersama kedua orangtua dan saudara-saudaranya.
Dia lalu mendirikan sebuah pabrik yang dengan cepat mencetak banyak kesuksesan serta menarik perhatian para investor.
Saat ini, ISCAR merupakan salah satu perusahaan manufaktur alat pemotongan perkakas industri terbesar di dunia. Produknya banyak diimpor ke luar negeri dan digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti General Motors dan Ford.
Advertisement
Usahanya Dilirik Miliarder Dunia
Bisnisnya Dilirik investor legendaris Warren Buffett
Dimulai dari tempat yang sangat biasa, Wertheimer berhasil mendirikan raksasa bisnisnya di bidang industri. ISCAR berhasil memiliki cabang di 50 negara di berbagai pelosok dunia dan memiliki 6.000 pegawai.
Meski produknya telah digunakan di sejumlah negara besar, tapi nama perusahaan Wertheimer tidak begitu akrab di telinga penduduk dunia.
ISCAR Metalworking Company baru berhasil mencuri perhatian dunia saat CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett membeli 80% kepemilikannya.
Sebagian besar sahamnya dijual seharga US$ 5 miliar. Namun tak semua uang itu masuk ke kantong Wertheimer, karena dia harus membayar pajak penjualan saham sekitar US$ 1 miliar pada pemerintah Islarel. Kini Wertheimer dan keturunannya hanya memiliki Blades Technology secara utuh tanpa campur tangan investor asing.
Keturunan Jerman yang Jadi Miliarder di Timur Tengah
Keturunan Jerman yang jadi miliarder di Timur Tengah
Saat pertama kali mendirikan perusahaan di Israel, tujuan Wertheimer bukanlah untuk memperkaya diri sendiri. Pria berusia 88 tahun ini bermaksud mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan menciptakan lapangan pekerjaan baru di negaranya.
Tujuan mulia Wertheimer membuahkan hasil. Lapangan kerja banyak tercipta bahkan hingga ke negara-negara tetangga.
Wertheimer juga berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu miliarder kelas dunia. Dia tercatat sebagai orang terkaya ketiga di Israel.
Uniknya, pria keturunan Jerman ini dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Timur Tengah dengan total kekayaan senilai US$ 5,3 miliar.
Advertisement