Liputan6.com, Jakarta Pengusaha logistik nasional dituntut mempersiapkan diri dengan maksimal menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di 2015.
Pasalnya, pemberlakuan pasar bebas ASEAN mendorong banyak perusahaan logistik asing yang siap menggarap pasar Indonesia.
"MEA 2015 itu menjadi peluang sekaligus tantangan. Karena asing yang melirik sangat banyak, ini yang membuat kita harus awarness untuk siap menghadapi MEA, saya yakin kita mampu menghadapi tantangan itu," ujar Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Iskandar Zulkarnain di Jakarta, Senin (17/3/2014).
Dia mengatakan, permasalahan terbesar yang dihadapi sektor logitik saat ini yaitu soal infrastruktur yang dianggap masih buruk. Hal ini menyebabkan ongkos logistik di Indonesia menjadi tinggi.
Dia mengaku infrastruktur menjadi tanggung jawab pemerintah. "Jangan bermanja diri, dengan infrastruktur yang belum tentu ditoleransi. Saya belum lihat adanya komitmen untuk memperbaiki, harapannya tahun depan dengan pemerintah yang baru dapat berkomitmen," lanjut dia.
Selain soal infratruktur, masalah lain yang dihadapi sektor logistik saat ini yaitu soal sumber daya manusia (SDM) di mana dia menganggap perlu adanya sertifikasi bagi SDM yang terjun di sektor logistik ini.
"Masalah SDM ini harus ditingkatkan. Kita selalu mengadakan training, dengan harapan kapasitasnya bisa kita tingkatkan, tapi masih kurang. SDM logistik kita masih low skill, harus ada sertifikasi seperti ISO untuk logistik," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina ALFI Kris Kanter menjelaskan, sebenarnya setiap negara di ASEAN telah diberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri menghadapi MEA, namun Indonesia dianggap belum bisa memanfaatkan hal tersebut secara baik.
"Sistem logistik sudah ada, tapi jauh dari kesiapan peraturannya. Langkah pemerintah sudah tepat, tapi perlu percepatan, yang jadi masalah cukup besar yaitu capacity building masih diperlukan ditingkatkan," tandas dia.
Advertisement