Liputan6.com, Jakarta Teknologi penyimpanan gas terkompresi (Compresessed Natural Gas /CNG) yang dimiliki Indonesia harus diakui masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain di Eropa Barat dan Amerika Selatan.
Indonesia, khususnya PLN merupakan salah satu pengguna CNG yang menampung produknya dalam wadah-wadah khusus dari baja. Bahkan, wadah khusus ini kemungkinan jarang ditemukan dinegara lain di dunia.
"Memang di tempat lain, tidak banyak," kata Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji menghadiri peresmian storage CNG plant, di PLTG Muara Tawar, Bekasi, Senin (17/3/2014).
Nur menyebutkan, negara di Eropa Barat dan Amerika Selatan umumnya menampung CNG-nya mengunakan bentuk permukaan bumi seperti dalam goa-goa. Penyimpanan CNG di kedua wilayah tersebut dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan harian seperti di Indonesia, namun untuk kebutuhan bulanan dalam rangka memenuhi ketahanan energi.
Selama ini pasokan CNG di wilayah tersebut berasal dari wilayah Siberia Rusia.
"Di Eropa barat gas disimpan dalam strukktur bumi tapi tujuannya untuk ketahanan energi, karena negara Eropa Barat mendapatkan gas dari Siberia jadi kalau sewaktu-waktu diputus Rusia bisa bertahan tiga bulan," tuturnya.
Namun Nur mengakui, penerapan tehnologi CNG di Indonesia memang tidak sama dibandingkan negara lain. Indonesia tidak memiliki jaringan pipa antar kota. "Di negara lain ada Eropa Barat dan Amerika Utara, karena di Indonesia tidak punya jaringan gas konsumen harus menyimpan gasnya masing-masing dalam wadah khusus yaitu strorage CNG," katanya.
"Storage gas masing-masing ada yang stationary ada yang mobile. Jadi CNG storage bukan hal yang baru," tambahnya.