Liputan6.com, New York Kontrak berjangka minyak Brent turun lebih dari US$ 2 per barel pada Selasa (18/3/2014) ini, mendekati posisi terendah dalam enam pekan.
Pasokan global yang cukup melebihi kekhawatiran atas ketegangan lanjutan antara Rusia dan Barat atas nasib Crimea.
Melansir laman Reuters, harga minyak Brent turun US$ 2,05 ke level terendah menjadi US$ 106,16 per barel. Ini merupakan titik terendah sejak 6 Februari. Indeks acuan Eropa menetap US$ 1,97 menjadi US$ 106,24 per barel.
Minyak mentah berjangka AS jatuh US$ 1,52 menjadi US$ 97,37 per barel sebelum menetap 81 sen di level US$ 98,08 per barel.
Amerika Serikat dan Eropa menjatuhkan sanksi pada pejabat Rusia dan Krimea setelah berlangsungnya pemungutan suara pada Minggu untuk menjadi bagian dari Rusia.
Advertisement
Sanksi menargetkan individu dan dampak yang luas tidak mengena ke perdagangan atau finansial satu negara. Hal ini yang membuat pasokan minyak dari produsen terbesar kedua di dunia Rusia, sejauh ini tidak terganggu.
Presiden AS Barack Obama menegaskan Barat masih berharap untuk menyelesaikan krisis melalui diplomasi dan sanksi.
"Harga minyak cukup kompleks jika tidak ada berita buruk keluar dari Ukraina," kata Richard Hastings, Ahli Strategi Makro Global Hunter Securities.
Persediaan minyak mentah komersial AS diperkirakan akan naik pekan lalu rata-rata sebesar 2,8 juta barel, menurut jajak pendapat Reuters awal menjelang data mingguan yang diambil dari American Petroleum Institute dan Administrasi Informasi Energi AS , yang akan dirilis Selasa dan Rabu.