Liputan6.com, Jakarta PT Pelindo II (Persero) saat ini tengah mengembangkan pelabuhan New Tanjung Priok atau lebih dikenal dengan Pelabuhan Kalibaru di Jakarta Utara.
Pembangunan ini nantinya akan menambah kapasitas pelabuhan di Indonesia yang bisa menampung kapal-kapal dalam ukuran besar.
Sayangnya, proyek pelabuhan ini tidak terlalu memberi harapan positif bagi pengusaha logistik. Mereka justru menilai keberadaan Pelabuhan Kalibaru nantinya justru menambah biaya arus logistik menuju dan keluar pelabuhan.
"Kalau Kalibaru jadi memang lebih besar kapasitasnya, 10-12 juta TEUS hampir dua kali lipat dari sekarang, artinya berapa truk yang keluar masuk ke sana. Kalau kita bayangkan traffic sekarang sudah padat dan jumlah truk yang 2 kali lipat bertambahnya nanti, bayangkan," kata Zaldy Masita, President Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) di Jakarta, Selasa (18/3/2014).
Zaldy menjelaskan kepadatan lalu lintas akses pelabuhan tersebut yang menambah biaya bahan bakar minyak (BBM) untuk truk-truk pengangkut kontainer.
Tidak hanya itu, pemicu tingginya biaya logistik juga karena lokasi pengembangan pelabuhan yang kurang tepat.
Hal itu lebih berkaitan dengan Upah Minimum Provinsi di Jakarta yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Jadi secara sistem Kalibaru itu tidak cocok untuk pelabuhan, saya heran Pelindo bangun di sana. UMR tinggi, macet luar biasa, jadi kalibaru bukan solusi," tegasnya.
Dia juga menyoroti pengembangan akses ke Pelabuhan Tanjung Priok, yang hingga kini belum terealisasi. "Rencana KA dari Bekasi ke Priok tahap pemancangannya juga belum ada, terus tol yang masuk ke Priok masih terkendala pembebasan lahan," pungkas dia.