Sukses

Terusir dari Uganda, Sudhir Ruparelia Menjelma Jadi Orang Terkaya

Pembersihan etnis oleh rezim pengusaha Uganda, Idi Amin, Sudhir Ruparelia kini justru memiliki kekayaan US$ 1,1 miliar.

Liputan6.com, Kampala Saat sebagian besar penduduk Uganda hidup dengan pendapatan di bawah Rp 14 ribu per hari, Sudhir Ruparelia justru hadir sebagai salah satu miliarder terkaya dunia dengan total kekayaan mencapai US$ 1,1 miliar atau Rp 12,46 triliun (kurs: 11.328 per dolar AS). Tahun ini, Ruparelia memang berhasil menjadi miliarder pertama dari negara yang terkenal sangat miskin.
 
Kesuksesan Ruparelia tak sepenuhnya berjalan mulus. Pria berusia 58 tahun ini pernah diusir dari Uganda karena dirinya merupakan keturunan India-Afrika. Pengusiran terjadi ketika pemerintah berkuasa Uganda melakukan pembersihan etnis yang memaksa keluarganya pindah ke Inggris.
 
Berbekal tabungan setelah menjadi pekerja kasar di Inggris, Ruparelia kembali ke kampung halamannya. Bermodalkan kerja keras dan disiplin yang tinggi, Ruparelia lantas mencoba membangun perusahaan di negara Ratu Elizabeth tersebut.
 
Siapa sangka, perusahaan yang didirikan sejak dia berusia 29 tahun itu mampu menjadi raksasa bisnis properti di Uganda. Hotel, bank, sekolah, rumah sakit hingga tempat tinggal pribadi didirikan perusahaan tersebut.
 
Bagaimana kisah Sudhir Ruparelia hingga menjadi konglomerat terkaya di negeri miskin tersebut? Berikut perjalanannya seperti dikutip dari Ventures Afrika dan Forbes, Selasa (18/3/2014):
 
Sudhir Ruparelia, diusir dari negaranya saat masih remaja
2 dari 5 halaman

Kembali ke Uganda dan berbisnis dengan hasil tabungannya

 
Sudhir Ruparelia merupakan pengusaha sukses yang lahir di Uganda pada 17 Januari 1956. Di usianya yang ke-16, Ruparelia terpaksa harus pindah ke Inggris karena dia merupakan keturunan Afrika dan India.
 
Kala itu, pada 1972, pemimpin Indophobic Uganda, Idi Amin mengusir seluruh warga keturunan Afrika-Asia dalam rangka pembersihak etis di Afrika Timur. Kebiasaan bangsa India yang dianggap senang menimbun harta dicurigai dapat merugikan pribumi.
 
Di Inggris, Ruparelia bertahan hidup dengan melakukan berbagai pekerjaan kasar. Untungnya, pria berusia 58 tahun ini merupakan sosok yang rajin menabung dan pandai menyimpan penghasilannya. 
 
Kembali ke Uganda dan berbisnis dengan hasil tabungannya
3 dari 5 halaman

Jadi miliarder pertama di Uganda yang dikenal sangat miskin

 
Pada 1985, Ruparelia memutuskan untuk kembali ke Uganda dengan modal US$ 25 ribu hasil tabungannya selama  bekerja di Inggris. Dengan uang tabungan tersebut, dia mulai melakukan bisnis perdagangan komoditas dan membuka biro pertukaran uang asing.
 
Ruparelia yang kala itu baru berusia 29 tahun lalu mendirikan grup Ruparelia. Bakat dan kemampuan bisnisnya membuat perusahaan tersebut terus membesar.
 
Sebagai pekerja keras yang tak pernah lelah menghadapi berbagai kesulitan dalam bisnisnya dia berhasil menanamkan modalnya dan banyak mendulang untung dari sektor properti. Tak hanya tempat hunian, Ruparelia juga mendirikan banyak hotel, bank, serta lembaga pendidikan.
 
Tak hanya itu, dia juga membenamkan modalnya di bidang asuransi yang membuat dirinya terus bertambah kaya. Dirinya bahkan disebut-sebut memiliki setengah dari seluruh bangunan yang berdiri di ibukota Uganda, Kampala.
 
Jadi miliarder pertama di Uganda yang dikenal sangat miskin
4 dari 5 halaman

Kaya di negeri miskin, Ruparelia sosok yang murah hati

 
Tahun ini berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya, nama Uganda tercatat sebagai salah satu negara pencetak miliarder kelas dunia. Untuk pertama kalinya negara yang dikenal sangat miskin itu berhasil melahirkan salah satu orang terkaya di dunia.
 
Dengan total kekayaan mencapai US$ 1,1 miliar atau Rp 12,46 triliun (kurs: 11.328 per dolar AS), Ruparelia berhasil menjadi miliarder pertama sepanjang sejarah Uganda. Ironis memang, di tengah rata-rata warga yang hidup dengan pendapatan kurang dari Rp 14 ribu per hari, Ruparelia justru berhasil mengantongi uang hingga belasan triliun rupiah.
 
Ruparelia Group berhasil mengangkat nama konglomerat tersebut ke kancah internasional setelah sejumlah bangunan didirikan di Uganda berkat bantuannya. Tak hanya di sekotro properti, Ruparelia juga memiliki salah satu bank komersial terbesar di Uganda, Crane Bank.
 
Kaya di negeri miskin, Ruparelia sosok yang murah hati
5 dari 5 halaman

 
Ruparelia merupakan salah satu konglomerat yang dikenal sangat murah hati di negaranya. Ratusan miliar rupiah digelontorkan untuk membangun tempat ibadah, merehabilitasi bangunan sekolah serta membiayai biaya operasional rumah sakit.
 
Pada 2013, dia bahkan mengakuisisi Victoria University di Uganda dan berjanji akan memberikan modal sekitar US$ 10 juta untuk memberikan pendidikan terbaik pada warganya. Angka tersebut memang tak seberapa jika dibandingkan dengan seluruh total kekayaan yang dimilikinya.
 
Media lokal, Ventures Africa mencoba menjabarkan aset-aset utama yang dimiliki ayah tiga anak tersebut. Ruaprelia memiliki harta senilai US$ 600 juta di Meera Investment, US$ 250 juta di Crane Bank, US$ 240 juta di Speak Hotel Group dan US$ 10 juta di Rosebud.
 
Sementara beberapa investasi lain di bidang pendidikan dan hunian pribadi bernilai sekitar US$ 30 juta. Jumlah seluruh hartanya jika dihitungkan berdasarkan aset investasinya mencapai sekitar US$ 1,2 miliar.
 
Di usianya yang kian menua, Ruparelia juga melibatkan dua anaknya dalam kepengurusan perusahaan. Putera dan puterinya, Rajiv dan Meera kini menduduki posisi senior di perusahaannya.