Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus meyakinkan investor bahwa rencana pembangunan kilang minyak mintah berkapasitas 300 ribu barel per hari. Pasalnya ada keraguan dari investor bahwa Indonesia akan menggarap proyek senilai Rp 90 triliun itu.
Ditemui di kantornya dalam sesi diskusi dengan wartawan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menjawab keraguan investor dengan pengalamannya saat terbang ke Irak untuk melakukan lobi-lobi kesepakatan pasokan minyak mentah sebesar 300 ribu barel per hari.
"Kita sangat serius membangun kilang, kalau tidak kita tidak mungkin datang ke Irak. Apalagi pas saya berunding ada peristiwa dua bom meledak," ungkap dia, Rabu (19/3/2014).
Hatta mengakui, rencana pembangunan kilang minyak mentah yang menyedot investasi cukup besar tersebut tidak mungkin secara penuh dibiayai oleh PT Pertamina (Persero) dan pemerintah.
"Kami juga capek kalau MoU saja, tapi dari roadshow ke Singapura menunjukkan hasil yang positif. Tinggal kita berikan insentif yang masuk akal dan tidak membentu Undang-undang (UU) karena pajak kita tidak mengenal rezim diskriminasi," jelasnya.
Kata dia, kilang minyak sangat dibutuhkan untuk menjaga ketahanan energi nasional dan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) setiap tahun yang semakin membengkak.
"Ke depan, walaupun kita punya uang belum tentu ada barangnya (minyak). Jadi kilang mutlak dibangun, tapi berikan waktu untuk beberapa bulan ke depan," pungkas Hatta.
Cerita Hatta Rajasa Berunding Kilang Minyak Saat Dua Bom Meledak
"Kita serius membangun kilang, kalau tidak kita tidak mungkin datang ke Irak. Apalagi pas saya berunding ada peristiwa dua bom meledak."
Advertisement