Sukses

Rebut Crimea, Rusia Bisa Terserang Krisis Ekonomi

Bahkan tanpa sanksi perdagangan dari bangsa Barat pun, Bank Dunia menilai Rusia tetap akan mengalami risiko krisis ekonomi.

Liputan6.com, Moskow Sebuah referendum penduduk Crimea, Ukraina akhirnya memutuskan bekas wilayah di Ukraina ini akan bergabung dengan Rusia. Kembalinya negara pecahan Uni Soviet tersebut justru memicu kekhawatiran tersendiri bagi Bank Dunia.

Lembaga keuangan dunia ini memperingkatkan Rusia akan adanya kemungkinan perekonomian negara bekas pecahan Uni Soviet ini masuk resesi ekonomi.

Seperti dikutip dari CNN Money, Kamis (27/3/2014), krisis yang tengah terjadi di Crimea dapat mengganggu perekonomian Rusia dan menerjunkannya ke masa resesi tahun ini.

Bahkan tanpa sanksi perdagangan dari bangsa Barat pun, Bank Dunia menilai Rusia tetap akan mengalami risiko krisis ekonomi.

Dalam laporannya, Bank Dunia mengungkapkan, Rusia saat ini telah mengalami perlambatan ekonomi yang cukup drastis terkait lemahnya reformasi di negara tersebut. Sejumlah peristiwa yang terjadi di Rusia juga menunjukkan kelemahan dalam mengelola kekayaan minyaknya guna  mendanai proyek-proyek besar dan membayar upah lebih tinggi.

Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah menerapkan sejumlah sanksi pada beberapa pejabat tinggi Rusia dan salah satu bank di sana terkait penggabungan Crimea.

Pemerintah Rusia juga dihimbau untuk mengantisipasi kemungkinan tindakan lebih keras yang harus diterima jika mencoba merebut wilayah lain di Ukraina. Sejauh ini, keanggotaan Rusia di G8 telah ditangguhkan dan KTT G8 juga telah dibatalkan.

Para investor juga telah menarik keluar dana senilai miliaran rubel dari pasar Rusia merespons krisis yang tengah terjadi di sana. Sementara Bank Sentral Rusia didorong untuk menaikkan suku bunga dan menambah cadangan devisa bulan ini demi menstablikan nilai tukar mata uangnya.

"Sejumlah kejadian yang berkaitan dengan krisis Crimea telah memicu krisis kepercayaan konsumen," seperti ditulis dalam laporan Bank Dunia mengenai ekonomi Rusia.

Bank Dunia melaporkan, pertumbuhan ekonomi Rusia tahun ini akan sangat tergantung pada hubungannya dengan Barat. Rusia juga harus membuktikan bisa memulihkan bisnis investasinya.

PDB Rusia diperkirakan tahun ini hanya akan tumbuh sebesar 1,1%. Proyeksi ini lebih rendah dari pencapaian tahun lalu sebesar 1,3%.

"Pertumbuhan ekonomi Rusia sangat lemah. Rusia harus segera mengubah model pertumbuhannya dan menyeimbangkan ekonomi negara. Saat ini dengan tingginya jumlah dana asing ke luar negeri, pemerintah telah membuat pencarian kerja menjadi jauh lebih sulit," ungkap pimpinan ekonomi di MNI Indicators, Philip Uglow.