Sukses

Ukraina Diguyur Dana Bantuan, Rusia Hadapi Ekonomi Melambat

Ukraina memenangkan program bantuan keuangan senilai US$ 27 miliar atau Rp 307,9 triliun pada Kamis 27 Maret 2014.

Liputan6.com, Kiev Ukraina memenangkan program bantuan keuangan internasional berkelanjutan senilai US$ 27 miliar atau Rp 307,9 triliun (kurs rupiah 11.397 per dolar Amerika Serikat) pada Kamis (27/3/2014) setelah Crimea jatuh ke tangan Rusia.

Ironisnya, kondisi tersebut justru terjadi saat Menteri Perekonomian Rusia baru saja mengumumkan pertumbuhan ekonominya melambat drastis setelah banyak investor melarikan dananya ke luar negeri.

Mengutip laman Reuters, Jumat (28/3/2014), IMF mengumumkan penggelontoran kredit senilai US$ 14 miliar-US$ 18 miliar guna menggelar sejumlah reformasi ekonomi. Reformasi tersebut diharapkan dapat membuka jalan untuk menerima kucuran bantuan dari Uni Eropa, Amerika Serikat (AS) dan pihak peminjam lainnya selama dua tahun ke depan.

Kondisi tersebut juga berhasil mendekatkan Kiev pada kawasan Eropa. Sementara kesepakatan IMF tersebut merupakan dorongan bagi pemerintahan yang pro-Barat. Presiden AS Barack Obama mengatakan, kesepakatan IMF itu merupakan langkah utama yang akan membantu menstabilkan ekonomi Ukraina.

Pemerintahan tersebut menggulingkan mantan presiden Victor Yanukovich yang ternyata mendapat dukungan dari Rusia. Yanukovich yang membantu mendorong Moskow untuk merebut Crimea akhirnya lengser pada Februari 2014 setelah memerintah sejak 2010.

"Program dukungan finansial dari komunitas internasional ini akan membuka kucuran hingga dana senilai US$ 27 miliar selama dua tahun ke depan," ungkap IMF dalam salah satu pernyataannya.

Untuk IMF memandang Ukraina belum perlu melakukan restrukturisasi utang. Meski sempat menentang, Dewan Parlemen Ukraina akhirnya mendukung langkah-langkah penghematan yang diminta IMF guna memperbaiki situasi keuangannya.

"Keputusan yang harus kami ambil sangat tidak biasa. Tapi jika keputusan ini tidak diambil maka (Presiden Vladimir) Putin di Moskow akan puas melihat koalisi telah terbelah," ujar pemimpin nasionalis sayap kanan, Oleh Tyaynibok.

Sementara Ukraina menerima banyak sokongan finansial dari negara-negara Barat, Rusia justru tengah kelimpungan menghadapi kondisi perekonomiannya.

Menteri Perekonomian Rusia, Alexei Ulyukayev mengatakan, dana asing yang keluar bisa mencapai US$ 100 miliar tahun ini dan akan melambatkan pertumbuhan ekonomi negara hingga ke level yang lebih rendah dari prediksi.

"Di bawah skenario ini, kami prediksi pertumbuhan ekonomi dapat melambat menjadi 0,6% tahun ini," ujar Alexei.

Bank Dunia bahkan mengeluarkan skenario terburuk bagi ekonomi Rusia jika negara tersebut masih berupaya mengokupasi sejumlah wilayah di Ukraina. Menurut Bank Dunia, tanpa sanksi dari Barat, Rusia tetap akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Video Terkini