Liputan6.com, Jakarta Analis dari Trust Securities, Reza Priyambada memperkirakan laju inflasi di Maret 2014 akan lebih rendah dibanding realisasi inflasi pada bulan sebelumnya.
Pendorong inflasi terbesar di bulan ketiga ini diramalkan disumbang oleh bahan pangan akibat pergeseran puncak panen.
“Kami perkirakan inflasi di Maret ini akan berada di kisaran 0,14%-0,20%. Perkiraan ini mencermati adanya penurunan angka inflasi secara historis di Maret dan masih berlanjutnya tren stabilnya harga-harga di Februari 2014,” ungkap Reza dari data yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/4/2014).
Dia mengatakan, faktor pendorong inflasi di Maret 2014 dikontribusi dari kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan sebagainya. “Kelompok tersebut kemunkinan berpeluang menyumbang inflasi sebesar 0,80%-0,90%,” jelasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan realisasi inflasi pada bulan kedua lalu mencapai 0,26%. Dari catatan Reza, capaian inflasi Maret 2011 lebih rendah dari bulan sebelumnya, bahkan sempat terjadi deflasi.
Sementara Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo meramalkan kecenderungan inflasi di bulan ketiga ini relatif kecil dan diperkirakan terjadi deflasi pada April karena memasuki masa puncak panen.
“Tahun ini ada pergeseran puncak panen ke April karena sekarang saja harga beras masih naik walaupun kecil Cuma satu persen, karena biasanya turun. Inflasi sangat sensitif terhadap kenaikan harga beras dan bahan pangan lain misalnya cabai rawit, bawang merah dan bawang putih meski nggak mahal sekali,” terangnya.
Dia optimistis, inflasi sepanjang tahun ini akan sesuai target sepanjang tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Bulan-bulan ini biasanya harga sudah turun tajam, tapi ini nggak. Makanya susah melihat Maret akan deflasi. Tapi kalau tidak ada kenaikan harga BBM, target inflasi akhir tahun bisa tercapai,” pungkas Sasmito.