Liputan6.com, Palu Dalam dua pekan terakhir, harga cabai rawit di sejumlah pasar di Palu, Sulawesi Tengah terus melambung tinggi. Tidak tanggung-tanggung harganya naik tiga kali lipat, mencapai Rp 50 ribu per kilogram (kg) dari harga sebelumnya Rp 15 ribu per kg.
Endro salah satu pengecer cabai rawit di Pasar Sentral Inpres Manonda (PSIM) Palu mengatakan, kenaikan harga cabe rawit karena stok yang menipis. Kenaikan harga tidak hanya terjadi di tingkat pengecer dan pengepul. Di petani pun, lanjut dia, juga mengalami minim ketersediaan cabe rawit.
"Setahu kami karena masa panen petani di beberapa daerah penghasil cabai rawit dalam daerah belum panen, makanya harga jualnya sampai tinggi. Kalau lagi masa panen, pasti tidak akan naik seperti begini harga jualnya," ungkap Endro kepada Liputan6.com di Palu, Rabu (2/4/2014).
Menurut Iksan pengecer cabai rawit lainnya, cabai rawit mengalami kenaikan harga, sudah dua pekan terakhir. Akibatnya, ia dan beberapa rekannya yang juga pengecer terpaksa harus mencari ketersediaan cabai rawit hingga ke luar daerah.
"Cabai rawit yang kami jual ini berasal dari Pasangkayu, Sulawesi Barat. Harganya cukup terjangkau dan bisa dapat untung sedikit kalau diecer di pasar," akunya.
Meskipun harga cabai rawit cukup tinggi, namun tidak membuat warga yang ingin membeli menurun. Warga mengaku meskipun harga jual di pengecer mahal, mereka tetap membelinya.
"Berapa pun harganya pasti kita beli. Kalau tidak dibeli, kita mau pakai apa buat sambel lauk di rumah," ujar Nurmin salah satu warga.
Sementara itu, Dewi warga lainnya berharap harga cabai rawit di sejumlah pasar bisa kembali normal agar ia dan beberapa warga lainnya tidak harus merogoh kocek lebih dalam.
"Ya, semoga saja petani-perani kita bisa cepat panen dan ketersediaan stok kita melimpah, sehingga harga jualnya di pasar, bisa kembali murah dan terjangkau untuk semua warga," tandasnya.