Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menghabiskan dana ratusan triliun rupiah untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM). Untuk itu, langkah menaikkan harga BBM subsidi merupakan solusi yang paling tepat untuk menekan beban subsidi di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono menilai harga BBM subsidi memang layak untuk dinaikkan. Namun, kenaikannya tidak perlu dilakukan tahun ini.
Baca Juga
"Menurut saya tetap jangan sekarang (menaikkan harga BBM subsidi), karena sekarang kita dalam menuju pemulihan, inflasi sudah landai, rupiah menguat, jangan sampai diusik itu," ungkap Tony saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Rabu (2/4/2014).
Dia menjelaskan, kenaikan harga BBM subsidi yang dilakukan pemerintah pada Juni 2013 telah menimbulkan dampak yang cukup panjang. Hal itu lebih disebabkan kenaikan dilakukan bebarengan dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
"Idelnya 2015 quarter pertama, karena kuaral pertama itu tekanan inflasi hanya di Januari, tapi Februari dan Maret sudah melambat," jelasnya.
Untuk itu, faktor lain yang mendukung kenaikan harga BBM adalah kriteria pemimpin Indonesia nantinya yang diharapkan menjadi benar-benar pilihan masyarakat.
"Harapan kita kalau Presidennya sangat populer, diharapkan masyarakat, kebiajakan itu akan kurang dilawan masyarakat daripada Presidennya yang tidak baik. Pasti ada perlawanann, tapi minimal kalau presiden disukai masyarakat," pungkas Toni.
Advertisement