Sukses

BI: Harga BBM Subsidi Pantas Naik

Pemerintah tengah memiliki wacana untuk menetapkan jumlah subsidi tetap untuk Bahan Bakar Minyak (BBM).

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) meski jumlah subsidi tetap Bahan Bakar Minyak (BBM) diterapkan. Pasalnya, harga keekonomisan BBM subsidi saat ini di kisaran Rp 11 ribu per liter.

"Kalau fix subsidi berarti harga harus tetap naik, karena Rp 6.500 per liter bukan harga keekonomiannya, misalnya Rp 11 ribu katakanlah harga keekonomiannya, berarti kalau fix subsidi Rp 2.000 per liter, jadi harga BBM jadi Rp 9.000 per liter dulu," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung di Gedung Bank Indonesia, Kamis (3/4/2014).

Juda menjelaskan , Bank Indonesia turut mendukung rencana pemerintah terkait rencana penetapan subsidi secara tetap. Dengan penerapan itu, dana subsidi BBM yang selama ini ditanggung pemerintah sekitar Rp 200 triliun akan dapat dialihkan ke sektor lain yang lebih dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia secara signifikan.

"Wacana mengenai fix subsidi yang akan diajukan dalam APBN ke depan, kita bergerak sudah pada arah yang benar. Itu resiko fiskalnya semakin berkurang," jelasnya.

Resiko fiskal semakin rendah mengingat nantinya harga BBM tidak akan terpengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah dan tidak akan terpengaruh juga terhadap naik turunnya harga minyak dunia.

"Jadi nanti harga BBM akan sesuai market meski disubsidi, kalau harga minyak dnia naik ya otomatis naik kalau turun ya otomatis turun, itu nanti inflasi Indonesia akan konsisten rendah," kata Juda.

Ia menyebut negara-negara lain sebagai perbandingan. Di Filipina, inflasi rendah meski pemerintahnya tidak memberi subsidi. Juda mengungkapkan, masyarakat negara tersebut sudah terbiasa dengan dinamika kenaikan harga. Jika harga naik, maka masyarakat mengurangi konsumsi BBM.

"Di Amerika Serikat dan Inggris terjadi fluktuasi tapi inflasi relatif rendah, jadi penyesuaian harus dilakukan masyarakat," ujar Juda.