Sukses

Industri Negara Berkembang Kian Melesu

Aktivitas bisnis di negara-negara berkembang masih menunjukkan pelemahan pada Maret 2014 ini.

Liputan6.com, London Aktivitas bisnis di negara-negara berkembang masih menunjukkan pelemahan pada Maret 2014 ini. Selama empat bulan berturut-turut hasil produksi di tiga negara berkembang terbesar dunia terus mengalami kemerosotan.

Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/4/2014), survei HSBC menunjukkan indeks komposit pembelian manufaktur dan jasa merosot dari 51,1 poin pada Februari menjadi 50,3 poin pada Maret.

Indeks tersebut berada di bawah rata-rata indeks komposit manufaktur dan jasa pada 2013 yang berada di level 51,7 poin. Kondisi tersebut dipicu kontraksi produksi di tiga negara berkembang dengan perekonomian terbesar, yaitu China, India dan Rusia.

Berdasarkan indeks manajer pembelian yang dihimpun dari 8.000 perusahaan di 17 negara, China menunjukkan kemerosotan aktivitas bisnis dalam dua bulan berturut-turut. Sementara India mengalami kontraksi dan Rusia menunjukkan penurunan indeks paling tajam sejak Mei 2009.

Alhasil, volume produksi negara-negara berkembang anjlok untuk pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir pada Maret. Sementara itu, kegiatan sektor jasa mengalami laju pertumbuhan terlambat sejak Juli.

"Negara-negara berkembang tengah melalui masa yang sulit. Rendahnya perintaan dari negara-negara mau sejauh ini menghambat ekspor. Sejumlah kericuhan politik juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu penurunan tersebut," ungkap Kepala Riset Ekonomi Asia di HSBC Frederic Neumann.

Sejumlah pemilihan umum akan digelar bulan ini di sejumlah negara berkembang seperti Indonesia, India, Hungaria dan Turki. Tak hanya itu, ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina juga akan membayang-bayangi panggung bisnis global.

"Pertumbuhan ekonomi yang lambat mempengaruhi negara-negara berkembang, terlebih bagi yang sangat bergantung pada ekspor," ujar Neumann.