Sukses

[VIDEO] Mengeruk Pundi-pundi Uang dari Kerajinan Tangan Karumie

Rohana, pemilik usaha Rohana Art mampu menghasilkan pundi-pundi uang dari hobi yang dijalankannya.

Liputan6.com, Jakarta Menjadikan hobi sebagai bisnis yang mampu menghasilkan pundi-pundi uang sepertinya menjadi idaman setiap orang. Hal ini yang dilakukan oleh Rohana, pemilik usaha Rohana Art.

Kegemarannya pada kerajinan tangan Karumie, kini mampu membawa keuntungan bagi dirinya, bukan hanya berupa materi maupun dari sisi sosial.

Arti nama karumie sendiri yaitu melipat, menggunting dan menempel dengan menggunakan bahan baku utama yaitu kertas washi yang berasal dari daun murbei.

Rohana menjelaskan, dirinya mengenal kerajinan tangan asal Jepang ini secara tidak sengaja ketika dia mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan dan melihat seni kerajinan tangan ini.

"Saya jalan-jalan ke mall dan melihat kit-nya (perlengkapan untuk membuat kerajinan karumie), saya beli dan saya buat di rumah, ternyata hasilnya bagus. Saya pikir kerajinan Jepang ini kok mahal, kalau saya perdalam, belum tentu semua orang bisa beli dengan harga yang mahal itu. Akhirnya saya modifikasi pakai batik, kertas, kain," ujar Rohana saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti yang ditulis Rabu (9/4/2014).

Hal yang membuat dirinya tertarik ketika melihat kerajinan ini karena hasil akhirnya membentuk gambar 3 dimensi sehingga terkesan hidup. "Kemudian gambarnya antik-antik seperti gambar anak-anak. Saya belajar secara otodidak saja," lanjutnya.

Dia mengawali hobinya tersebut sekitar 2012 dan mulai rutin membuat kerajinan ini setiap hari. Hasil karyanya ketika itu hanya dijadikan sebagai hadiah jika ada perayaan ulang tahun atau ketika kenaikan kelas sang anak, dirinya memberikan kepada guru sebagai cendera mata.

"Akhirnya saya titip ke teman yang punya toko. Saya mengajari ibu-ibu pengajian dan PKK di Sunter, Jakarta Utara. Saya berpikir setelah karya ibu-ibu ini selesai harusnya ada income, akhirnya ke koperasi Jakarta Utara dan disana kita dibina dan sering diajak pameran," jelasnya.

Dengan bermodalkan uang Rp 1 juta, Rohana mulai mengembangkan hobinya menjadi usaha yang lebih serius. Awalnya dia hanya membuat kerajinan karumie dalam bentuk pajangan dinding, namun saat ini dia tengah melakukan pengembangan agar kerajinan tersebut berbentuk tempelan lemari es dengan ukuran yang lebih kecil.

Untuk harga yang ditawarkan, mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta, tergantung besar kecil ukuran dan tingkat kesulitan yang kita buat. "Kalau semakin kecil-kecil, agak ekslusif dan mahal," kata ibu dua orang anak ini.

Walaupun kerajian karumie ini berasal dari Jepang, namun kebanyakan pembeli produk ini merupakan orang Indonesia dan 80% produk yang disukai pembeli yaitu motif bertemakan Jepang. "Kalau pembeli dari kalangan pemerintahan suka model seperti ondel-ondel," terangnya.

Meskipun diakuinya penjualan kerajinan tangan seperti ini tidak menentu, namun jika ada pesanan, biasanya langsung dalam jumlah banyak, bahkan hingga ratusan item.

"Kalau penjualan perorangan per bulannya rata-rata bisa 20 item. Biasanya perusahaan suka pesanan bentuk yang diinginkan misalnya Astra minta logonya. Atau seperti perusahaan agensi asuransi Jepang untuk karyawannya minta motif gunung Jepang," tuturnya.

Rohana mengaku banyak menggunakan bahan baku berupa kain batik agar memiliki ciri khas Indonesia. Namun dia tetap menggunakan kertas washi, sebagai bahan baku asli kerajinan tersebut, terutama pada saat dirinya memberikan pelatihan.

"Tetapi kalau mengajar, fokus pakai kertas washi, karena kalau kertas ini yang saya ajarkan akan lebih mudah untuk melipat dan menempelnya. Kalau pakai kain agak susah. Sampai saat ini mudah mendapatkannya, karena kain-kain perca yang tidak terpakai kita manfaatkan. Selain batik, juga pakai kertas kado," katanya.

Untuk mendapatkan kertas washi, Rohana biasanya memesan kepada seorang temannya yang tinggal di Jepang. Dia mengatakan, tidak pernah memesan kertas tersebut dalam jumlah banyak. Dalam sekali pemesanan, hanya sekitar 2-5 lembar. Itu pun hanya motif tertentu yang dia butuhkan, karena kertas washi sendiri mempunyai lebih dari 50 motif.

"Atau kalau sudah stok mulai sedikit baru mulai pesan, tapi tidak stok dalam jumlah banyak," ungkapnya.

Dalam proses pembuatan kerajinan ini, Rohana mengatakan jarang menemui kendala, meski demikian dirinya masih kerap mengalami kesulitan untuk memenuhi keinginan pembeli terutama saat pameran.

Karena terkadang pembeli memesan model produk secara mendadak. Sedangkan dalam proses pembuatan kerajinan ini, untuk model produk yang baru sesuai keinginan pembeli harus melalui proses pembuatan pola baru dan hal tersebut membutuhkan proses lebih lama.

Saat ini, Rohana mempunyai 2 orang karyawan yang membantunya membuat kerajinan ini. Dalam sehari, dirinya mengaku bisa menghasilkan 20 produk kerajinan.

"Tetapi handmade seperti ini tergantung mood. Tapi rutin tiap hari harus ada yang kami buat. (Inspirasi produk) Biasanya ketika pergi melihat produk lain, atau masukan dari orang inginnya dibuatkan model seperti apa," ungkapnya.

Selain memberikan kepada ibu-ibu pengajian dan PKK, Rohana yang sehari-hari menjadi ibu rumah tangga ini juga memberikan pengajaran tentang kerajinan ini di sekolah anak-anak berkebutuhan khusus di Sunter, Jakarta Utara.

"Saya ibu rumah tangga, tetapi kebetulan membantu mengajar anak-anak autis. Saya menjadi guru untuk kerajinan handmade. Mereka berbeda-beda, ada yang hobinya hanya menempel atau hanya menggunting, tapi saya beri motivasi hasilnya harus jadi, karena kalau hasil pekerjaan selesai, mereka akan puas dan suka," jelasnya.

Rohana menyebutkan, selain mengikuti pameran didalam negeri, dia juga pernah diundang oleh kementerian terkait seperti Kementerian Perindustrian untuk pemeran ke Rusia, juga oleh Kementerian Periwisata dan Ekonomi Kreatif ke China.

Sejauh ini, pameran menjadi ajang promosi yang cukup ampuh untuk memperkenalkan produk-produk hasil karyanya, selain melalui internet. Ke depannya, dia berharap kerajinan ini banyak dikenal orang dan bisa berkembang di Indonesia.

Selain itu, dia berkeinginan agar mempunyai workshop sendiri sehingga produk-produk yang sudah dia hasilkan bisa dilihat oleh orang lain serta dia bisa menyalurkan hobi tersebut kepada orang lain. "Jadi yang sudah bisa datang dan belajar di sana," tandas Rohana.