Liputan6.com, Jakarta Pemerintah diimbau untuk menjaga kondisi ekonomi Indonesia meski harus menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dengan langkah persiapan program pembangunan.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa menilai, Indonesia akan mengalami resesi atau kemerosotan ekonomi selama berbulan-bulan apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun ini.
"Jika harga BBM naik Mei ini, maka suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan naik, dan pertumbuhan ekonomi akan bergerak ke bawah. Akhirnya bisa resesi selama enam bulan," ungkap dia dalam Diskusi Menyongsong Peta Baru Kebijakan Ekonomi Indonesia di Jakarta, Senin (7/4/2014).
Advertisement
Purbaya mendukung langkah pemerintah apabila ingin menyesuaikan harga BBM subsidi. Namun tentu harus diiringi dengan persiapan berbagai program pembangunan, seperti infrastruktur.
"Kalau tanpa diikuti program pembangunan, (kenaikan harga BBM subsidi) hanya akan membunuh pertumbuhan ekonomi kita," ujar Purbaya.
Padahal menurut Purbaya, pertumbuhan ekonomi yang melambat justru membuat investor asing enggan masuk ke Indonesia. Dengan begitu, pemerintah tak akan mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong daya beli masyarakat.
"Makanya harus jaga modal yang kita punya," saran dia.
Sementara itu, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Solihin M Juhro menambahkan, pihaknya akan terus menjaga laju inflasi apapun kebijakan pemerintah ke depan, termasuk penyesuaian harga BBM subsidi.
Dia menggambarkan kondisi inflasi yang berhasil ditekan menjadi 8,3%-8,4% pada 2013. Sebelumnya Bank Sentral memperkirakan inflasi akan berada di kisaran 9,4%-9,5% akibat kenaikan harga BBM subsidi pada pertengahan Juni lalu.
"Begitu ada kenaikan harga BBM, kami langsung antisipasi dengan bauran kebijakan sehingga inflasi bisa di bawah perkiraan. Nah seandainya harga BBM subsidi naik, kami berusaha mengendalikan inflasi jangan hanya mengandalkan suku bunga acuan untuk mengelola ekonomi. Itu penting," tandas Solihin.