Liputan6.com, New York Hari ini pesta demokrasi kembali digelar di mana masyarakat Indonesia dihadapkan dengan Pemilihan Umum Legislatif 2014 (Pemilu legislatif) guna memilih para wakil rakyat. Meski perhelatan tersebut terjadi di dunia politik, hasil pemilihan ini ternyata berdampak signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Â
Seperti dikutip dari CNBC, Rabu (9/4/2014), hasil pemilu legislatif ini nantinya akan menentukan arah reformasi perekonomian negara. Lebih dari itu, kelanjutan pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung saat ini sangat bergantung pada para wakil rakyat terpilih.
Â
Pemilu ini digelar pada waktu yang sangat krusial, saat perekonomian tengah goyah dan kepercayaan rakyat pada pemimpin terus merosot sangat rendah. Proses pemilihan ini sangat penting demi menentukan kemampuan presiden terpilih nantinya dalam mengarahkan kebijakan ekonomi di Tanah Air.
Â
"Jika hasil pemilihan kali ini mendorong Indonesia untuk masuk ke babak pemilihan umum presiden pada Juli mendatang, itu akan menjadi sentimen positif bagi ekonomi Indonesia," seperti tertulis dalam keterangan yang dirilis CIMB.
Â
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi diyakini akan menjadi calon presiden terfavorit pilihan rakyat. Sosoknya dikenal sebagai politisi bersih dan reformis handal yang tidak menggunakan kewenangannya untuk memperkaya diri sendiri.
Â
"Jokowi merupakan sosok yang sangat baik untuk menenangkan pasar-pasar keuangan di Indonesia," ungkap Kepala Riset Standard Chartered Edward Lee.
Â
Pemerintah Indonesia baru diharapkan dapat mendorong sejumlah reformasi yang dapat membantu pasar keuangan domestik tampil gemilang di antara negara-negara berkembang lain. Hal itu mengingat tahun lalu, perekonomian Indonesia sempat mendapat hantaman keras dari keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menarik habis dana stimulusnya.
Â
Bank Indoenesia (BI) langsung mengambil langkah sigap dengan menaikkan suku bunga acuannya selama lima kali berturut-turut sejak pertengahan tahun lalu. Itu semua guna memulihkan nilai tukar rupiah yang anjlok 26% tahun lalu.
Â
Meski demikian, para ekonom mengatakan, ketidakpastian politik, dampak tapering, dan kontroversi larangan ekspor mineral dapat menjadi pukulan tersendiri bagi ekonomi Indonesia dalam beberapa bulan ke depan. Sejauh ini, Indonesia diprediksi dapat mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di level 5,72%.