Liputan6.com, Jakarta Indonesia Resources Studies (IRESS) menilai, pembagian subsidi langsung kepada masyarakat yang berhak menerima lebih baik dibandingkan subsidi barang atau subsidi pada bahan bakar minyak (BBM).
Direktur IRESS, Marwan Batubara mengatakan, subsidi barang cenderung tidak objektif. Hal itu karena pembagian subsidi menjadi tidak tepat sasaran. "Saya lebih melihat secara objektif," kata Marwan saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti yang ditulis di Jakarta, kamis (10/4/2014).
Marwan mengungkapkan, dengan begitu maka pembagian subsidi seharusnya diubah menjadi subsidi langsung ke orang yang berhak menerima. "Saya cenderung subsidi langsung, orang harus disubsidi, harus tepat, jangan subsidi barang," tutur Marwan.
Namun, sebelum subsidi langsung diterapkan pemerintah harus mempersiapkan alat pendeteksi identitas agar subsidi benar-benar diterima yang berhak. "Tapi subsidi orang e-KTP single id number harus jalan," ungkapnya.
Menurut Marwan, subsidi langsung sudah saatnya dilakukan karena uang negara sudah terlalu besar dikeluarkan untuk subsidi BBM. Sementara itu, program-program pengurangan konsumsi BBM seperti energi baru terbarukan (EBT) belum serius dilakukan.
"Jangan lupa Rp 1,2 triliun uang negara untuk impor BBM ini sangat besar, sementara pengembangan EBT tidak serius. Maka subsidi langsung, jangan subsidi barang, tinggal kita mau transparansi tata niaga migas dibenahkan," pungkasnya.