Liputan6.com, Jakarta PT Pelni (Persero) mengaku kehilangan 50% penumpang karena adanya program penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) yang dilakukan maskapai penerbangan.
Direktur Utama PT Pelni Syahril Japarin mengatakan, sejak low cost carrier diterapkan sekitar tahun 2000 sampai saat ini, penumpang kapal laut terus menyusut dari delapan juta orang menjadi empat juta penumpang.
"Kami dari 8 juta, sekarang 4 juta turun 50%," kata Syahri dalam sosialisasi kenaikan tarif di Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Syahril mengungkapkan, untuk menutupi biaya operasionalnya PT Pelni melakukan berbagai efisiensi yaitu efisiensi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Saat ini, Pelni sedang melakukan kajian dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi (BPPT) untuk mengetahui ketepatan sistem efisiensi pengggunaan BBM.
"Kerjasama BBPT menggunakan energi di kapal, setelah efisiensi," tuturnya.
Selain itu, Pelni mulai mengarah ke angkutan kargo, pasalnya dengan peningkatan angkutan kargo bisa menutupi kehilangan penumpang dan menutupi biaya operasional.
"kita fokus ke kargo karena penumpang ke pesawat. secara pelahan masuk dunia kargo sehingga porsi kargo lebih besar dari penumpang pelayaran kita perbaiki," pungkasnya.
Penerbangan Murah Rebut 50% Penumpang Pelni
PT Pelni (Persero) mengaku kehilangan 50% penumpang karena adanya program penerbangan berbiaya murah yang digelar maskapai penerbangan.
Advertisement