Liputan6.com, Jakarta Ekonom melihat situasi politik saat ini tidak akan berpengaruh kepada kinerja industri perbankan terutama dalam penyaluran kredit. Kebijakan fiskal dan moneter yang ada mampu mendukung industri perbankan untuk tetap berakselerasi.
Fauzi Ichsan, Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia mengatakan Kementerian Keuangan sebagai pengampu kebijakan fiskal dan Bank Indonesia (BI) sebagai penjaga kebijakan moneter mampu membuat penyaluran kredit industri perbankan tetap tumbuh di tahun pemilihan umum (pemilu) ini.
“Saham dan rupiah mungkin akan terganggu tetapi penyaluran kredit tak akan terpengaruh,” jelasnya kepada liputan6.com, Kamis (10/4/2014). Ia memperkirakan, pertumbuhan kredit akan sesuai dengan perkiraan BI di kisaran 14% sampai 17% di tahun ini.
Advertisement
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang melemah sehari setelah pemilihan legislatif (pileg). Padahal sebelumnya, IHSG dan nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan.
Fauzi melanjutkan, situasi yang dapat mengganggu pertumbuhan kredit justru kemungkinan besar berasal dari luar seperti pengurangan stimulus Amerika.
Purbaya Yudhi Sadewa, Head of Economic Research Danareksa Research Institute sepakat dengan yang diungkapkan oleh Fauzie. “Tetapi ada catatannya, jika pemilu berlangsung aman,” tuturnya.
Purbaya meneruskan, jika nanti proses pemilu berjalan lancar, kemungkinan besar pertumbuhan kredit perbankan tidak akan maksimal. “Dan itu tidak hanya di kredit saja, semua sektor akan kena dan pengaruhnya ke pertumbuhan ekonomi,”pungkasnya. (Gideon)