Liputan6.com, Jakarta Penilaian Pengamat Valas soal rupiah yang dianggap sampah justru ditanggapi cuek oleh Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Brodjonegoro. Dia tak menghiraukan pernyataan yang sangat menyudutkan rupiah.
"Biarin saja (dianggap sampah)," ucap Bambang saat ditemui di kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (11/4/2014).
Bambang mengaku, tanpa rupiah, pengamat maupun masyarakat yang tinggal di Indonesia tak dapat melakukan aktivitas jual beli. "Kalau dia nggak megang rupiah juga tidak bisa belanja," kata dia singkat.
Sebelumnya Pengamat Valas, Farial Anwar menilai rupiah merupakan mata uang sampah di dunia. "Rupiah seperti mata uang sampai di dunia, karena nggak laku," tegas dia kepada Liputan6.com.
Farial menjelaskan, rupiah bukan saja tak diminati pelaku pasar atau investor asing, tapi juga karena nilai pecahannya yang terlalu tinggi.
"Mana ada negara lain yang punya nilai pecahan mata uang sampai 100 ribu, kalau bukan cuma kita. Misalnya di Australia, Amerika itu pecahannya 1, 2, 5, 10, 20 dan paling besar 100. Sedangkan kami Rp 100 ribu paling besar," terangnya.
Farial mengimbau agar Bank Indonesia (BI) memperbaiki dan meningkatkan kualitas mata uang rupiah, salah satunya dengan redenominasi atau penyederhanaan nominal rupiah. "Tapi redenominasi saja nggak jalan-jalan sampai sekarang. Semangatnya doang di depan, tapi praktiknya melempem," kata Farial.
Wamenkeu Cuek Rupiah Dianggap Sampah
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Brodjonegoro tidak mempedulikan pernyataan yang menyudutkan rupiah.
Advertisement