Sukses

RI Stop Ekspor Mineral, Harga Nikel Melambung Tinggi

Harga nikel terus mengalami peningkatan terhebat dalam lebih dari tiga tahun terakhir menyusul larangan ekspor mineral mentah Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Harga nikel terus mengalami peningkatan terhebat dalam lebih dari tiga tahun terakhir menyusul larangan ekspor mineral mentah Indonesia. Pasalnya, pembatasan ekspor tersebut memicu tingginya proyeksi kelangkaan pasokan nikel di dunia.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (12/4/2014), Societe Generale SA melaporkan, larangan ekspor nikel dapat membuat luapan pasokan di pasar komoditas menjadi lebih seimpang tahun ini. Namun pembengkakan defisit pasokan nikel diprediksi terjadi dalam beberapa tahun ke depan.

"Proyeksi pertumbuhan global yang kuat diprediksi menyetir penggunaan nikel di sektor stainless dan non-stainless," seperti ditulis dalam laporan tersebut.

Sejauh ini, harga nikel telah meningkat ke level tertinggi dalam 13 bulan terakhir. Sementara itu, pasokan nikel yang tercatat di London Metal Exchange (LME) menunjukkan penurunan terparah sejak Juni 2012.

Ketegangan politik antara Ukraina dan Rusia yang merupakan pemilik OAO GMK Norilsk Nickel juga dapat mengalami ancaman ekspor. Analis komoditas UBS AG Tom Price menjelaskan, OAO GMK Norilsk Nickel merupakan produsen nikel olahan terbesar di dunia.

Sementara itu, volume nikel untuk pengiriman tiga bulan ke depan tercatat meningkat 1,9% menjadi US$ 17.400 metrik ton di LME. Baru-baru ini, harga logam tersebut mencapai US$ 17.495, tertinggi sejak 20 Februari.

Harga tersebut menunjukkan peningkatan tertinggi sejak perdagangan 6 Oktober 2010. Tahun ini, Societe Generale memprediksi nikel dapat mencapai level tertinggi di harga US$ 19 ribu.

Paska larangan ekspor mineral mentah diterapkan di Indonesia, harga nikel telah melompat 25% tahun ini.

Video Terkini