Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) menegaskan penolakan terhadap wacana pembukaan ekspor kayu gelondongan atau log.
Hal ini dinilai tidak sejalan dengan keinginan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.
"Pemerintah sudah punya kebijakan no (tidak) ekspor bahan baku, masa sekarang malah akan membuka ekspor log," ujar Ketua Umum AMKRI Soenoto saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
Dia menilai, dengan jika ekspor log ini dibuka, maka akan memberikan efek negatif yang cukup besar bagi industri pengolahan kayu dan rotan dalam negeri, seperti akan semakin sulitnya industri mendapatkan pasokan kayu.
"Sekarang mereka (pelaku industri) sudah pakai pohon mangga, durian, nangka, karena kayu-kayunya sudah habis dari luar jawa. Sekarang saja kita sudah kekurangan, malah harus impor dari Brasil, New Zaeland, itu harga lebih murah, itu (impor) sekitar 20%, nilainya mencapai Rp 4 triliun-Rp 5 triliun. Kalau ekspor log dibuka, habislah kita," lanjut dia.
Selain itu, ekspor log ini juga dinilai memunculkan potensi berkurangnya tenaga kerja yang mampu terserap pada sektor tersebut karena efek dari industri yang tidak akan berjalan dengan baik.
"Kerugiannya ini bisa terjadi deindustrialisasi, lapangan kerja terserap akan berkurang. Kalau kita ekspor (produk kayu dan rotan) senilai US$ 1 miliar saja, bisa menyerap 500 ribu tenaga kerja. (Kalau log diekspor) Jangankan untuk tumbuh (ekspor produk kayu dan rotan), untuk melayani yang sudah ada saja sulit," kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal AMKRI Abdul Sobur mengatakan untuk mencapai target ekspor produk kayu dan rotan senilai US$ 5 miliar dalam 4 tahun mendatang, industri dalam negeri paling tidak membutukan pasokan kayu log sebesar 12-15 juta kubik.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan produk didalam negeri membutuhkan 30 juta kubik. Sehingga secara total, kebutuhan kayu log untuk industri mencapai 42-45 kubik.
"Sekarang dengan nilai ekspor US$ 2 miliar, kebutuhan kita sudah 4-5 juta kubik. (Ekspor log) nanti akan dimanfatkan oleh China, karena mereka tidak punya bahan baku. Nanti mereka bikin dan jual lagi ke kita," tandas dia.
Advertisement