Liputan6.com, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) bakal calon presiden ternyata juga mempengaruhi transaksi jual beli mata uang dolar di money changer.
Menurut Randhy, pedagang valuta asing di mal Ambassador Kuningan, Jakarta Selatan, saat Jokowi Effect terjadi pada pertengahan Maret 2014 membuat transaksi perdagangan mata uang dolar menjadi sepi. Ketika itu, banyak pembeli menahan dolar karena rupiah menguat.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditransaksikan di level tertinggi Rp 11.438 per dolar Amerika Serikat (AS) dan level terendah Rp 11.355 per dolar AS pada Jumat 14 Maret 2014.
Advertisement
Ia menambahkan, rupiah berada di kisaran Rp 11.425 per dolar AS membuat pembelian terhadap dolar juga sepi. "Pengaruh, dolar turun pada menahan. Kalau nilainya kuat pada lepas," ujar Randhy, saat ditemui Liputan6.com di butik Valutama, Selasa (15/4/2014).
Randhy mengatakan, saat ini dolar dipatok di kisaran Rp 11.445. Saat transaksi jual beli mata uang asing ramai, Randhy dapat mencatatkan transaksi mencapai US$ 50 ribu. "Kalau sekarang sepi. Kalau ramai yah ramai banget," kata Randhy.
Sementara itu, menurut Lia, salah satu pedagang valuta asing di ITC Kuningan tidak dapat memastikan pengaruhnya pelemahan rupiah.
"Tidak ada patokan misalnya musim liburan tidak pada beli. Tergantung, kalau buat membayar utang pasti beli," kata Lia.
Lia mengaku, pihaknya menjual dolar dengan harga Rp 11.445. Rata-rata transaksi jual beli dolar mencapai US$ 100 ribu.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, saat ini rupiah ditransaksikan di level Rp 11.434 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 15 April 2014. Gerak rupiah ini menguat dibandingkan perdagangan Senin (14/4/2014) di level Rp 11.444 per dolar AS.