Liputan6.com, Beijing China mengalami laju pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam 18 bulan terakhir di level 7,4% pada kuartal-I 2014. Data resmi dari pemerintah China tersebut menggambarkan lemahnya tindakan pemerintah guna menjaga stabilitas pertumbuhan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu.
Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/4/2014), para pembuat kebijakan di China telah menetapkan beberapa stimulus guna mengatasi perlambatan pertumbuhan ekonomi jangka pendek yang tengah menimpanya. Para analis memprediksi China akan terus kehilangan peluang untuk tumbuh hingga pertengahan tahun.
Dalam rentang Januar hingga Maret, PDB China tercatat sebesar 7,4% dan lebih rendah dari level 7,7% pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi China itu juga nyaris setara dengan hasil survei pada para analis yang memprediksi PDB-nya berada di level 7,3%.
Advertisement
Angka tersebut merupakan pertumbuhan tahunan China terparah sejak kuartal-III 2012 saat PDB-nya juga menyentuh 7,4%.
Sebagian ekonom memprediksi pertumbuhan China dapat kembali pulih dan pemerintah dapat bertahan dengan kebijakan perekonomian yang kini tengah berlaku. sementara sebagian ekonom lain beranggapan kebijakan ekonomi China perlahan mulai kehilangan kekuatannya.
"Para pembuat kebijakan masih merasa nyama dengan laju pertumbuhan saat ini. Saya rasa mereka tidak akan mengambil tindakan lain untuk mendorong pertumbuhannya," ungkap ekonom Capital Economics di Singapura, Julian Evans-Pritchard.
Sejauh ini, Beijing telah mengumumkan sejumlah tindakan sederhana guna mendukung laju pertumbuhan China tetap berada di level 7,5% tanpa mengganggu rencana restrukturisasi ekonominya.
Salah satu tindakan yang diambil diantaranya dengan memangkas memangkas pajak pada perusahaan kecil dan menggenjot beberapa investasi di sejumlah proyek infrastruktur.
Tak hanya China, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berjalan lebih lambat dari proyeksi pemerintah. Ekonomi nasional tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 5,3%, lebih rendah dari proyeksi Bank Indonesia (BI) di level 5,7% dengan rentang 5,5%-5,9%.