Liputan6.com, Jakarta - Penasihat PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Rizal Ramli menilai, alasan PT Bank Mandiri Tbk untuk mengakuisisi bank perumahan itu karena kinerja yang kian merosot.
"Dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja Bank Mandiri makin lama makin payah. Kinerjanya merosot," ujar dia usai Orasi Bela BTN di Kantor Pusat BTN, Jakarta, Minggu (20/4/2014)
Gerak bisnis Bank Mandiri, kata dia, sudah kalah gesit dibandingkan dua bank BUMN, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
"Kalau dibiarkan, satu atau dua tahun lagi, BRI akan mengalahkan Bank Mandiri sebagai bank nomor satu di Indonesia, mengalahkan Bank Mandiri," jelasnya.
Akuisisi, tambah Rizal, merupakan alasan Bank Mandiri untuk memperbesar asetnya. Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin pernah menyatakan jika pihaknya mengakuisisi BTN, maka aset perbankan tersebut bisa menembus di atas Rp 900 triliun.
"Supaya loncat asetnya dan kembali jadi nomor satu di Indonesia dengan cara kurang cerdas. Mau enaknya sendiri pakai cara instan," tutur Rizal.
Dia mengingatkan agar Bank Mandiri tidak terlampau ambisius untuk meraih targetnya menjadi bank nomor satu di Asia Tenggara.
"Jangan sok jago dulu lah, bersaing sama Singapura kalah. Turunkan dulu biaya-biaya di Bank Mandiri, kalau mau akuisisi bank swasta lalu masuk ke Laos, Vietnam, Myanmar. Jangan gengsi dulu," papar Rizal.
Sebab dia menceritakan pengalamannya saat membenahi PT Semen Indonesia Tbk untuk menjadi perusahaan semen besar skala internasional.
"Dulu saya benahi Semen Gresik dengan membuat ongkos produksi semen jadi murah sekali. Sekarang, perusahaan itu malah bisa beli pabrik semen di Vietnam," tutup Mantan Menteri Koordinator Perekonomian itu.
Â
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan laba bersih tumbuh 17,36% menjadi Rp 18,82 triliun hingga akhir tahun 2013 dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 16,04 triliun.
Advertisement
Pendapatan bunga dan syariah bersih perseroan tumbuh menjadi Rp 32,77 triliun pada 2013 dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 27,53 triliun. Aset perseroan tercatat sekitar Rp 733,09 triliun pada 31 Desember 2013 dibandingkan periode 31 Desember 2012 sebesar Rp 635,61 triliun.