Sukses

BI: Punya 17 Ribu Pulau, RI Dipuji Mampu Mengendalikan Inflasi

Kunci pengendalian inflasi ada pada pengelolaan pangan dan energi yang lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta - Dengan letak geografis strategis yang dikelilingi ribuan pulau, Indonesia kerap mendapat pujian dari sejumlah tokoh maupun lembaga di berbagai negara. Salah satu pujian yang dilontarkan adalah kepandaian Indonesia dalam mengelola inflasi.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengaku, keberhasilan Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) secara aman banyak mendapat sorotan dunia. Dan hasilnya menjadi refleksi atau cerminan bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Tidak hanya aspek itu, kita juga dihormati di dunia karena dengan 17 ribu pulau, kita bisa mengendalikan inflasi. Kalau inflasi di Filiphina saja bisa rendah dan stabil, kenapa kita tidak bisa," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Senin (21/4/2014).

Dia mengaku, kunci pengendalian inflasi ada pada pengelolaan pangan dan energi yang lebih baik. Serta melanjutkan reformasi struktural yang sejalan dengan pemikiran BI.

Lanjut Agus, inflasi pangan saat ini sudah cenderung lebih baik. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, bahan pangan mencatatkan inflasi tertinggi di wilayah Timur Indonesia, yakni Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara.

"Jenis bumbu juga mengalami kenaikan inflasi dengan rata-rata 21%, komoditas beras 11% dan kedelai 7%. Dengan perpanjangan masa Pojaknas Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diharapkan mampu meredam gejolak harga," tutur dia.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menambahkan, Indonesia masih akan menghadapi tekanan eksternal dalam perjalanan ekonominya.

"IMF memuji kebijakan Indonesia dalam mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas perekonomian dan meminimalisir dampaknya. Ini berkat kebijakan reformasi struktural yang kita terapkan," lanjut dia.

Dia mengaku, Indonesia memerlukan tiga unsur. Pertama, membutuhkan stabilitas karena bangsa ini masih mengalami tekanan defisit neraca transaksi berjalan meski ada tanda-tanda perbaikan di neraca perdagangan Indonesia.

"Kedua, kita perlu pertumbuhan pada angka yang realistis untuk tetap memberikan lapangan pekerjaan dan memberantas kemiskinan. Pendukung utama pertumbuhan adalah konsumsi. Dan ketiga, menjaga pasokan pangan agar tidak terjadi inflasi yang tinggi," tukas Hatta.